Ciri-Ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ciri-ciri pembelajaran yang menerapkan teori kontruktivisme adalah sebagai berikut.
- Memberi kesempatan kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar
- Menggalakkan ide/gagasan yang dimulai oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
- Menyokong pembelajaran secara koperatif Menampilkan sikap dan pembawaan murid d. Menampilkan bagaimana murid belajar sesuatu ide.
- Menggalangkan dan menerima daya usaha murid.
- Menggalangkan murid bertanya dan berdialog dengan murid dan guru.
- Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
- Menggalangkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
Selanjutnya, berdasarkan pendapat Suderadjat (dalam Sutadi, 2007, hlm. 133), pembelajaran kontruktivisme mempunyai sejumlah ciri-ciri sebagai berikut.
- Cara atas-bawah ialah peserta didik dimulai dengan pelatihan mengatasi permasalahan yang saling berhubungan selama digali jalan keluarnya dan dibantu pendidik untuk diselesaikan mengikuti implementasi (KD) yang dipakai.
- Pembelajaran cooperative learning, bentuk konstruktivisme menerapkan pelatihan cooperative. Dengan begitu, peserta didik mampu menguasai konsepsi yang sukar didiskusikan dengan kelompoknya.
- Pembelajaran generatif dipakai untuk strategi konsruktivisme. Pendekatan ini memberi tahu bahwa peserta didik di tuntut untuk menggunakan pendekatan secara khusus supaya menyelesaikan peranan intelektual dengan menunjang arahan terbaru.
- Pembelajaran lewat cara menemukan. Peserta didik diharap melakukan pelatihan secara bersungguh-sungguh, mandiri, dan melaksanakan setiap teknik keterampilan konsepsi supaya pelajar mampu mendapatkan rancangan terbaru.
- Pembelajaran lewat pengaruh karakter. Strategi konstruktivisme memiliki pandangan bahwa peserta didik merupakan wujud yang idealis, maksudnya pribadi yang dapat mengontrol perasaannya.
- Scaffolding didasari teknik Vygotsky mengenai pelatihan dengan bimbingan pendidik.
Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme
Sementara itu, Driver and Bell (dalam Suyono & Hariyanto, 2014, hlm. 106) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut.
- siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
- belajar harus mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
- pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar, melainkan dikonstruksi secara personal,
- pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi lingkungan belajar,
- kurikulum bukanlah sekadar hal yang dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi dan sumber.
Kelebihan Konstruktivisme
Menurut Riyanto (2010, hlm. 157) kelebihan konstruktivisme antara lain adalah sebagai berikut.
- Memotivasi peserta didik bahwa belajar adalah tanggung jawab peserta didik itu sendiri guna mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan baru.
- Mengembangkan potensi kemampuan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri.
- Membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi mengenai pengertian atau pemahaman konsep secara menyeluruh dan lengkap.
- Mengembangkan potensi kemampuan peserta didik untuk menjadi pemikir yang mandiri dan kreatif.
Kelemahan Pendekatan Konstruktivisme
Selanjutnya, masih menurut Riyanto (2010, hlm. 157) kelemahan dari pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut.
- Sukar mengalihkan pendekatan kuno yang sudah diajarkan dengan kurun waktu lama oleh pendidik. Dengan begitu, pendidik yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dituntut untuk lebih kreatif dalam perannya sebagai pendidik.
- Pemilihan media dalam pembelajaran.
- Pendidik, peserta didik, dan orangtua pasti mengutamakan penyesuaian pembelajaran dengan metode terbaru. Dengan begitu, simpulan yang didapat bahwa pelatihan mengarahkan pada konsep konstruktivisme dengan menitikberatkan keaktifan peserta didik untuk merefleksi pengetahuan mereka sendiri.
Prinsip Konstruktivisme
Terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang dapat memandu penerapan konstruktivisme. Menurut Suyono & Hariyanto (2014, hlm. 107) prinsip-prinsip konstruktivisme adalah sebagai berikut.
- Belajar merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai dengan isu-isu yang mengakomodasi siswa untuk secara aktif mengkonstruk makna.
- Pemaknaan memerlukan pemahaman bahwa keseluruhan (wholes) itu sama pentingnya seperti bagian-bagiannya. Sedangkan bagian -- bagian harus dipahami dalam konteks keseluruhan. Oleh karenanya, proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep -- konsep primer dan bukan kepada fakta -- fakta yang terpisah.
- Supaya dapat mengajar dengan baik, guru harus memahami model -- model mental yang dipergunakan siswa terkait bagaimana cara pandang mereka tentang dunia serta asumsi -- asumsi yang disusun yang menunjang model mental tersebut.
- Tujuan pembelajaran adalah bagaimana setiap individu mengkonstruksi makna, tidak sekadar mengingat jawaban apa yang benar dan menolak makna milik orang lain. Karena pendidikan pada fitrahnya memang antardisiplin, satu -- satunya cara yang meyakinkan untuk mengukur hasil pembelajaran adalah melakukan penilaian terhadap bagian -- bagian dari proses pembelajaran, menjamin bahwa setiap siswa akan memperoleh informasi tentang kualitas pembelajarannya.