Tanpa menghiraukan semua itu, Bapak lantas pergi ke tempat tante Elin dengan membawa semua uang itu.
Ibu sempat menghalangi laju Bapak. Namun satu sabetan tangan Bapak ke tubuh Ibu membuatnya tersungkur. Laju Bapak tak lagi terhentikan.
Ibu menangis meratap. Meratapi semua perubahan yang terjadi di diri suaminya yang tega menghancurkan keluarganya sendiri bahkan tega memukulnya.
-❤-
Aku yang sejak tadi berdiam diri di dalam kamar, kini terbangun dan berjalan keluar dengan sangat pelan. Kuhampiri Ibu lalu aku memeluknya. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Kulihat air mata Ibu mengalir semakin deras bagai peluru-peluru yang menembus bajuku.
Aku sangat memahami betapa hancurnya Ibu setelah kehilangan semuanya. Bisnisnya, impiannya, dan terlebih kehangatan rumah tangganya.
Oh Tuhan ingin sekali kutumpahkan segala keluh kesahku kepada Ibu. Tapi dalam keadaan begini aku tak mungkin sanggup. Aku tak mungkin sanggup untuk mengatakan bahwa aku ingin dibelikan sepeda motor seperti teman-teman sekolahku.
Yang bisa kulakukan saat ini hanya memeluk Ibu dan aku tak ingin melepaskannya.
-❤-
Hari-hari yang kulalui semakin berat dan semakin berat. Ibu tergeletak sakit yang semakin hari semakin parah. Sesekali Bapak melihatnya, namun itu justru membuat beban Ibu semakin bertambah.
Hingga seminggu sebelum pengumuman kelulusan SMA, Ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Aku lulus tanpa didampingi Ibu. Aku juga tak mau didampingi Bapak.