Rasanya, aku terlalu asyik dengan memandangi lukisanku, hingga tidak menyadari telah ada seorang pria di sampingku yang nampak begitu familiar. Pria itu berdeham sebelum mulai berbicara,
"Musim Hujan adalah musim yang terbaik. Bukankah begitu?"
Suara ini? Aku membulatkan mataku terkejut sebelum menoleh ke arah pria di sebelahku.
"Guntur?"
Tamat.
[ Catatan Penulis ] Cerpen ini ditulis untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia saya di sekolah. Oleh karena itu, saya minta maaf apabila hasilnya belum memuaskan. Saya masih amatir dalam hal ini, dan masih harus belajar lebih banyak lagi mengenai cerpen.
Meski demikian, saya harap ada banyak pesan moral yang bisa diambil dari cerpen singkat ini. Terimakasih kepada semua pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerpen ini. Salam. ❄️🌧️🌧️❄️
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H