Mohon tunggu...
Metta Pratiwi
Metta Pratiwi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Metta Pratiwi atau yang akrab disapa Metta adalah seorang Psikolog, kelahiran 10 September 1976, yang aktif dalam dunia Pendidikan Anak Usia Dini. Ibu dengan dua orang anak yang menginjak usia remaja ini menyukai dunia literasi semenjak kecil. Membaca buku adalah kegemaran utamanya. Kini keinginannya yang terpendam untuk berkelana lebih jauh dalam dunia literasi mulai terealisasi. Beberapa buku antologi puisi, cagar budaya, cerita anak, teenlit, dan romance serta dua buku solo berjudul Love dan Perjalanan Hati telah berhasil diselesaikannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Salahmu, Sayang (Bagian Keempat)

2 November 2022   08:55 Diperbarui: 2 November 2022   08:59 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia sudah besar, Bu Reva."

"Atau mengelus rambutnya? Terkadang seorang anak tak paham kalau kita menyayanginya karena ekspresi sayang yang kita berikan terwujud dalam bentuk amarah. Danu mungkin mulai merasa kalau Ibu tak menyayanginya lagi," ucapku perlahan.

"Saya sayang sama Danu, Bu. Suami saya juga," ujarnya lirih.

"Saya tahu hal itu, Bu. Tapi, apa Danu tahu? Danu sedang berada dalam masa remaja, Bu Teguh. Dia sendiri sedang tak nyaman dengan keadaan dirinya. Emosinya sedang meluap-luap. Dan ada satu hal lagi, Bu. Saya kemarin sudah memberikan psikotest pada Danu dan hasilnya ini yang akan saya bahas."

"Bagaimana hasilnya, Bu?"

Aku tersenyum lalu bangkit untuk mengambil satu buah map berwarna biru yang berada di dalam lemari. Hasil tes yang sedikit banyak dapat mengurai permasalahan Danu.

"Hal utama yang harus Ibu tahu, Danu memiliki kebutuhan untuk berprestasi. Dari hasil tes ini pula, saya tahu kalau Danu mengagumi papanya."

"Iya, Bu Reva. Sewaktu kecil, Danu sering bilang kalau papanya orang yang hebat. Mungkin dia kagum kalau melihat papanya sedang menggambar rancangan rumah atau gedung-gedung. Suami saya seorang arsitek, Bu."

"Iya, rasa kagum yang membuatnya terpuruk ketika dia merasa tak bisa seperti papanya. Padahal kebutuhannya untuk memiliki prestasi cukup tinggi."

"Apa yang bikin Danu nggak bisa dapet nilai yang tinggi, Bu Reva?"

"Karena ... karena kemampuan intelegensinya di bawah rata-rata, Bu Teguh," ucapku perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun