"Buseet.. ternyata masih sama seperti dulu. Aku masih inget dulu bli pernah gituin aku. Boleh tanya-tanya gak?
"Tajam juga daya ingatmu, diajeng. Mau tanya apa? Tapi gak boleh ah... kalau ada hadiahnya baru mau."
"Mau hadiah apa? Aku mau tanya hal serius."
"Cup dulu pipi bli"
"Adaahh.. Ya dah, dekatkan pipinya!" Ujarnya seperti hendak tertawa. Aku pun mendekatkan pipiku di hp.
"Cuuupp. Muaah.. muah. Udah?"
Kecupannya terasa menyentuh meski ciuman angin. Aku mempersilakan bertanya sepuas hatinya. Katanya, Rina sudah banyak belajar tentang Hindu sejak dulu di internet, tetapi banyak hal yang mengganjal dalam hatinya, dan belum menemukan jawaban yang memuaskan.
"Kenapa umat Hindu memuja patung?"
"Adeehh.. pertanyaannya langsung menohok. Intinya begini; dalam ajaran Hindu Tuhan disebut Saguna Brahman; beliau berkepribadian, berwujud, dan Nirguna Brahman; beliau tak berwujud, bukan ini bukan itu, nehi-nehi, tak terpikirkan, di Bali disebut Sanghyang Acintya. Beliau itu maha gaib, lebih umum dikenal dengan sebutan Sang Hyang Widhi. Ajaran Islam sama dengan konsep ini, tetapi Islam tidak mengajarkan konsep Tuhan berpribadi, sehingga Tuhan tidak boleh dipuja dengan bentuk patung atau citra apapun." Ujarku menghela nafas, "Sudah paham?"
"La! Bli kan belum menjelaskan pertanyaanku."
"Ya. Ya... Patung atau Arca merupakan simbolis dari Tuhan dalam wujud Saguna Brahman. Sebagaimana bendera pusaka merah putih sebagai lambang negara, demikian pula arca simbol dewa yang agung. Padahal bendera merah putih hanya sebatas kain, tetapi dalam konteks bernegara maka merah putih sangat dihormati. Bila ada yang berani merobek-robek merah putih maka itu dianggap perbuatan makar, bisa dipidana." Terdiam sejenak, "Mau contoh analogi lebih masuk akal lagi?"