Dekat dengannya menghadirkan rasa nyaman. Rina tak seperti gadis lain yang sok jual mahal padahal dalam hatinya merindukan orang yang dicueki. Ia bersikap dewasa, pemikirannya luas. Sering aku merasa kalah ketika chat dengannya di WA ataupun di facebook.
Aku memperhatikannya, Rina sedang menggigit kue pelan. "Oya, di atas dahimu apa tuh?"
"Dimananya?" Rina tampak kaget. Ia menghusap dahinya. Aku mendekatinya.
"Ini loh! Rambutmu indah."
Aku menyeka rambutnya yang hitam, menyentuh dahinya yang lembut.
"Kau cantik!"
Rina tersipu. Sepertinya ia sadar aku hanya bergurau.
"Maaf ya.. bli hanya bercanda. Gak marah, kan?"
"Jelaslah aku marah. Sembarangan banget menyentuh kepala orang. Emang bli siapanya aku?"
Aku terperangah melihat sikapnya, wajah tampak kesal. Mungkin beneran dia marah.
"Maaf, maaf, Diajeng."