Mohon tunggu...
Yovinus
Yovinus Mohon Tunggu... Penulis - laki-laki

Hidup itu begitu indah, jadi jangan disia-siakan. Karena kehidupan adalah anugerah Tuhan yang paling sempurna bagi ciptaanNya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Layar Kekuasaan

16 Desember 2024   16:17 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:17 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.search.yahoo.com/search/images;_ylt=Awr.34h6719neiIKh5RXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3BpdnM-?p=Di+Balik+Layar+Kekuasaan

Lunjan mengangguk. "Aku hanya muak melihat kesombongan mereka, To. Kaya memang kaya, tapi jangan merendahkan orang miskin. Apa mereka lupa kalau semua itu cuma titipan Tuhan?"

Anto mengangguk setuju. "Tapi masalahnya, orang-orang di grup itu banyak yang berpikiran seperti si pendukung pejabat tadi. Mereka takut melawan. Takut nggak diberi pekerjaan. Takut diancam. Padahal, kalau kita diam terus, mereka yang kaya dan pejabat itu makin semena-mena."

Lunjan menghela napas panjang. "Aku tahu. Tapi bagaimana caranya melawan? Kita ini cuma rakyat kecil. Bahkan ngomong di grup saja, aku ragu mereka dengar. Semua ini seperti tembok besar yang nggak bisa kita hancurkan."

Anto tersenyum tipis. "Mungkin kita nggak bisa menghancurkan tembok itu sekarang. Tapi kita bisa mulai dari hal kecil. Yang penting, jangan berhenti bicara soal keadilan."

Beberapa hari kemudian, sebuah kejadian mengejutkan terjadi. Jalan desa yang baru saja selesai diperbaiki ambles setelah hujan deras semalam. Beberapa warga yang marah langsung mendatangi balai desa, menuntut penjelasan dari kepala desa. Anto termasuk salah satu orang yang paling keras bersuara.

"Ini jalan baru selesai sebulan lalu, kok sudah rusak begini? Uangnya ke mana?" teriak Anto di tengah kerumunan.

Kepala desa mencoba menenangkan warga. "Tenang dulu, semuanya. Ini hanya masalah teknis. Nanti akan kami perbaiki lagi."

Namun, jawaban itu tidak memuaskan. Anto mendesak, "Teknis apa? Kami tahu, proyek ini dikerjakan asal-asalan! Yang untung siapa? Kalian! Yang rugi siapa? Kami, warga desa!"

Keributan semakin memanas. Beberapa aparat keamanan desa datang untuk mengendalikan situasi. Lunjan yang berada di kerumunan hanya bisa menggelengkan kepala.

Ia tahu, masalah ini tidak akan selesai hanya dengan protes di balai desa. Ujung-ujungnya, pejabat akan memberikan janji manis, dan warga akan kembali diam.

Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Kejadian itu direkam oleh salah satu warga dan diunggah ke media sosial. Video protes Anto dan warga desa viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun