"Terima kasih telah memberikan kami tempat yang nyaman ini," kata Ibu Mirna dengan suara bergetar. "Kami merasa sangat dihargai dan dicintai di sini."
Siska tersenyum dan menggenggam tangan Ibu Mirna. "Kami senang bisa membantu. Kalian semua adalah bagian dari keluarga kami sekarang."
Badek berjalan di sekitar panti jompo, memperhatikan para lansia yang sedang bercengkerama dan tertawa bersama. Hatinya terasa hangat melihat kebahagiaan mereka.
Dia menghampiri Siska dan berkata, "Melihat mereka bahagia membuat semua usaha kita terasa sangat berarti."
Siska mengangguk. "Benar. Kita telah memberikan mereka tempat yang layak dan perhatian yang mereka butuhkan. Ini adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah kita buat."
Setelah meninggalkan panti jompo, Badek dan Siska melanjutkan perjalanan mereka ke salah satu sekolah yang mereka bantu. Mereka disambut oleh kepala sekolah, Pak Andi, yang dengan bangga menunjukkan hasil dari beasiswa yang mereka berikan.
"Anak-anak di sini sangat berterima kasih atas bantuan kalian," kata Pak Andi. "Mereka sekarang memiliki kesempatan untuk meraih impian mereka."
Badek berbicara dengan beberapa siswa yang menerima beasiswa. Salah satunya adalah seorang anak laki-laki bernama Rian, yang bercita-cita menjadi dokter.
"Terima kasih atas beasiswanya. Saya sekarang bisa belajar dengan tenang tanpa khawatir tentang biaya sekolah," kata Rian dengan mata yang bersinar penuh harapan.
Badek menepuk bahu Rian. "Kami senang bisa membantu. Belajarlah dengan tekun dan raihlah impianmu."
Malam itu, di rumah mereka yang nyaman, Badek dan Siska duduk bersama di ruang tamu, menikmati kedamaian setelah hari yang penuh kegiatan.