Dalam beberapa kasus, individu yang menghapus konten yang dianggap penistaan agama mungkin tidak bermaksud melukai atau menyinggung perasaan orang lain, namun karena sifat permanen dari jejak digital, tindakan mereka tetap dipertanyakan dan diadili di kemudian hari.
Hal ini menimbulkan persoalan privasi karena data yang sudah dianggap "hilang" oleh pengguna masih bisa digunakan oleh pihak ketiga.
6. Solusi dan Upaya Pengendalian Jejak Digital
Dalam menghadapi fenomena jejak digital yang sulit dihapus dan penistaan agama, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan baik oleh individu maupun pemerintah dan perusahaan teknologi.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
  Pendidikan Literasi Digital: Salah satu solusi untuk mencegah penistaan agama di dunia maya adalah dengan meningkatkan literasi digital masyarakat. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang etika berinternet, masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam mengunggah konten yang berpotensi menimbulkan kontroversi atau konflik.
  Penguatan Regulasi: Pemerintah dapat memperkuat regulasi terkait penistaan agama di dunia digital dengan bekerja sama dengan perusahaan teknologi. Misalnya, pemerintah bisa mewajibkan platform media sosial untuk bertindak lebih tegas terhadap konten-konten yang mengandung ujaran kebencian atau penistaan agama.
  Teknologi Penghapusan Data: Meskipun menghapus jejak digital secara total sulit dilakukan, beberapa perusahaan teknologi telah mulai mengembangkan teknologi untuk membantu pengguna mengendalikan jejak digital mereka.
Contohnya, fitur "right to be forgotten" di Eropa memungkinkan pengguna meminta mesin pencari untuk menghapus informasi tertentu dari hasil pencarian.
  Pengawasan dan Sanksi: Pemerintah dapat memperkuat pengawasan terhadap konten digital yang bersifat provokatif, terutama yang menyangkut agama. Sanksi yang tegas juga perlu diterapkan terhadap pelaku penistaan agama di dunia maya, agar menimbulkan efek jera.
Apa Yang Harus Dilakukan?