Mohon tunggu...
melkianus koparihi
melkianus koparihi Mohon Tunggu... Dosen - Hidup adalah anugrah

Nama: melkianus kopa Rihi Tempat tanggal lahir : Sumba 20-05-1991

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manajemen Pak Dalam Gereja-Gereja Calvinis

28 Mei 2019   18:36 Diperbarui: 7 Juli 2021   21:58 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam peraturan tersebut, Calvin tidak mengikutkan syamas atau diaken di dalam majelis jemaat karena tugas majelis jemaat adalah terutama untuk mengawasi kelakuan anggota jemaat atau menegakkan disiplin gereja yang bukan urusan diaken. Penegakan disiplin warga jemaat  adalah kuasa  gereja yang dalam hal ini akan dilakukan oleh Majelis. Adapun tujuan disiplin yang hendak dicapai oleh gereja adalah pertama, supaya warga jemaat yang menempuh hidup memalukan dan keji, jangan sampai digolongkan orang Kristen, karena akan menyebabkan penghinaan terhadap nama Allah. Kedua, supaya orang-orang baik tidak dirusak karena terus menerus bergaul dengan orang-orang yang jahat. Ketiga, supaya orang yang jahat kemudian malu dan mulai menyesali kejahatan mereka. Pelaksanaan disiplin harus disertai dengan sikap lemah lembut sehingga orang yang berdosa akan menyatakan kepada gereja bahwa ia bertobat dan dengan pernyataan itu ia menghapuskan pelanggaran sejauh mungkin baginya.

 Tingkatan tindakan dalam melaksanakan tindakan disiplin dibedakan oleh Calvin menjadi tiga: teguran dari majelis jemaat, larangan mengikuti perjamuan kudus, dan pengucilan dari jemaat yang dilakukan di depan seluruh jemaat dalam kebaktian umum. Dalam hal-hal tertentu, terkait dosa yang tersembunyi atau belum diketahui oleh umum, Calvin dapat menerima pengakuan dosa yang dilaksanakan secara pribadi di hadapan pendeta. Namun jika dosa yang dilakukan telah diketahui secara umum maka pengakuan dosa harus dilaksanakan di depan umum supaya tidak dicontoh oleh orang lain. 

Jenewa sebagai kota dengan beberapa gereja reformasi berada dalam kendali langsung pemerintah kota dan pengawasan Calvin sebab Calvin tinggal di kota tersebut. Dengan demikian, pengawasan terhadap gereja-gereja di Jenewa dilakukan secara intensif baik oleh pemerintah kota maupun pemerintah gereja. Gereja-gereja di Jenewa berada dalam pemerintahan yang lebih besar yang dilaksanakan oleh pemerintah kota. Sebagai wujud konkritnya adalah adanya visitasi. Pada gereja-gereja reformasi di Jenewa tidak dikenal istilah klasis dan sinode. Hal ini disebabkan jarak yang sangat dekat antara satu terhadap lainnya. Selain itu, pemerintah kota mampu manjangkau masing-masing gereja sehingga tidak diperlukan tingkatan pemerintah yang lebih tinggi, baik itu klasis maupun sinode. 

b. Tata Ibadah 

Alkitab memiliki otoritas tertinggi dan menjadi satu-satunya sumber pengajaran gereja yang benar. Calvin menolak pemahaman dan penghargaan Gereja Katolik Roma mengenai tradisi sebagai sumber keyakinan dan ajaran yang setara dengan Alkitab.[10]Hanya Alkitab, tidak ada sumber lain yang dapat dipakai sebagai patokan dalam kehidupan dan kelembagaan gereja. Lembaga dan aturan yang bersumber dari gereja atau masyarakat dituntut berakar pada Alkitab.[11]Kewibawaan Alkitab didasarkan pada fakta bahwa para penulis Alkitab adalah "sekretaris Roh Kudus". Hal ini mengandung arti bahwa kewibawaan Alkitab itu mutlak sehingga semua kewenangan baik Paus, dewan, dan teolog berada di bawah Alkitab. Alkitab harus dipandang sebagai yang lebih tinggi daripada semua yang ada di dunia ini. 

Kewibawaan di dalam gereja tidak berasal dari status pengemban jabatan melainkan dari Firman Allah yang dilayankan oleh pengemban jabatan tersebut.[12]Bagi Calvin,  Firman Allah merupakandasar pertama bagi gereja yang memberikan penekanan khusus terkait aspek pedagogis Alkitab sebagaimanatercermindalam Institutio.   Menurutnya, yang harus  dicaridalam Alkitab adalah pengetahuan tentangAllah   yang didapat dalam Yesus Kristus. Dalam rangka penemuan dan pencarian tentang Allah, Alkitab tidak cukup hanya dibaca dan dipahami secara harafiah, melainkan harus diselidiki sedalam-dalamnya sambil mengingat bahwa penelitian itu harus berpusat pada Kristus sebagai pusat Alkitab.[13] 

Tentang Ibadah, Calvin memahami bahwa ibadah merupakan ungkapan iman gereja. Ibadah berpusat pada pemberitaan Firman dan perayaan Perjamuan Kudus. Ruangan ibadah harus dibersihkan dari segala sesuatu yang merusak kehidupan gereja. Benda-benda yang dianggap penting dan suci oleh gereja abad pertengahan harus dibersihkan dari gereja. Oleh karena pusat sentral ibadah adalah pelayanan Firman, maka kotbah yang disampaikan adalah uraian isi Alkitab dan penjelasan pokok-pokok pemahaman iman atau ajaran gereja tentang kebenaran yang dianut gereja. Sejalan dengan hal tersebut, nyanyian yang digunakan dalam ibadah adalah Mazmur. Bagi Calvin, mazmur adalah nyanyian yang paling layak untuk memuji Allah mengingat Mazmur terdapat dalam Alkitab, dengan demikian merupakan ciptaan Roh Kudus.[14] Sakramen(sacramentum dalam bahasa Latin) berarti sesuatu yang dikuduskandan dipakai untuk merujuk serangkaian     ritusgereja atau perbuatan klerikal yang dianggap mempunyai kualitasspiritual yang            khusus,misalnya untuk menyalurkan anugerah Allah.

 DunsScotus mendefinisikan sakramen sebagai tanda yang bersifat fisik, yang ditetapkan Allah secara ajaib untuk menandakan anugerah Allah atau perbuatan anugerah Allah. Alister McGraft menyimpulkan bahwa ide dasar sakramen ialah tanda yang kelihatan dari anugerah yang tidak kelihatan yang berlaku sebagai saluran-salurananugerah. Sejak Konsili Lateran pada tahun 1251, Gereja Katolik Roma menempatkan tujuh sakramen yaitu: (1) Ekaristi (Perjamuan Kudus), (2) Baptisan, (3) Konfirmasi, (4) Pengakuan dosa, (5) Urapan orang sakit, (6) Pernikahan, dan(7) Pentahbisan imam. Para reformator mengkritik Gereja Katolik Roma tentang jumlah, hakikat dan fungsi sakramen-sakramen serta mengurangi jumlah sakramen yang otentik dari tujuh menjadi dua, yakni baptisan dan ekaristi (Perjamuan Kudus).[15]Menurut para reformator sakramen harus didasarkan atas "janji dan perintah Tuhan". Hanya ada dua yang mengandung janji dan perintah Tuhan yakni baptisan dan ekaristi (Perjamuan Kudus). Meskipun para reformator sepakat untuk mengkritik tentang sakramen yang dilakukan oleh Gereja Katolik Roma dan sepakat hanya dua sakramen, namun diantara para reformator terdapat perbedaan pandangan yang sulit untuk disatukan.

 Calvin dalam merumuskan ajaran tentang sakramen, dipengaruhi pemikiran Gereja Katolik Roma, pemikiran Luther, dan Zwingli.Calvin menempatkan diri untuk mengambil jalan tengah diantara perbedaan pendapat Luther dan Zwingli. Sakramen dijelaskan Calvin sebagai tanda lahiriah mengenai janji dan kerelaan Allah yang dimeteraikan dalam batin kita supaya iman yang lemah diteguhkan dan supaya kita menyatakan kasih dan kesetiaan kepada-Nya, di hadapan-Nya sendiri, malaikat-malaikat-Nya, maupun di hadapan manusia. Baptisan adalah tanda bahwa kita diterima sebagai anggota persekutuan gereja, supaya setelah ditanamkan di dalam Kristus, kita terhisab sebagai anak-anak Allah. Baptisan bertujuan membantu iman kita dalam berhubungan dengan Allah dan selanjutnya juga membantu pengakuan iman kita dalam hubungan dengan sesama.

 Pandangan  Calvin tentang baptisan   merupakanpenggabunganpandangan Luther dan Zwingli. Calvin setuju bahwa baptisan adalah tanda inisiasi yang memungkinkan seseorang yang dibaptis diterima sebagai anggota persekutuan gereja dengan tujuan mendemonstrasikan kesetiaan orang percaya kepada gereja. Pada sisi lain dalam hal baptisan, Calvin juga menekankan bahwa baptisan adalah tanda penghapusan dosa dan kehidupan baru bagi orang percaya dalam Kristus.[16]Melalui pemahaman tersebut Calvin hendak menekankanpertama, bahwa baptisan berhubungan dengan keanggotaan gereja. Kedua, baptisan adalah tanda dan meterai pengampunan dosa yang diberikan Kristus. Pemahaman baptisan yang dikaitkan dengan keanggotaan gereja mengandung konsekuensi bahwa baptisan harus terjadi dalam kebaktian jemaat. 

 Dasar pembelaan Calvin mengenai baptisan anak adalah tradisi sunat yang sudah ada sejak Perjanjian Lama. Sesudah kedatangan Kristus, sunat digantikan dengan baptis. Adanya kesejajaran antara sunat dan baptis membuat kesimpulan bahwa sebagaimana sunat, baptis harus juga dilayankan kepada bayi. Calvin menggunakan dasar Markus 10:13-16 dan paralelnya, sebagai bukti bahwa kasih karunia Allah meluas sampai kepada anak-anak juga.[17]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun