Terima kasih, Ya Allah. Telah kau pertemukan aku dengan orang-orang baik seperti Bu Hani, yang bisa memberi solusi tanpa harus melukai harga diriku. Tanpa menjauhkan aku dengan mamaku juga.
***
Setelah Elvira berpamitan dan keluar dari ruang kepala sekolah, Bu Hani segera mengemasi barang-barangnya. Seseorang berseragam abu-abu putih sudah menunggunya di luar ketika Bu Hani mengunci pintu.
"Bagaimana, Ma? Dia setuju dengan penawaran Mama?" tanya remaja itu.
Bu Hani mengangguk. "Tentu. Siapa dulu dong? Mama!"
Remaja laki-laki itu tampak begitu riang mendengarnya.
"Syukurlah. Semoga saja beban Elvira bisa berkurang ya, Ma. Dengan begitu, dia tidak akan bersedih lagi dan bisa ikut pelajaran Seni Lukis setiap Selasa."
"Yups. Semoga saja, jika dia ikut kelas Seni Lukis, dia akan bisa melihat lukisan dirinya di ruang kesenian."
"Mama, jangan bilang gitu dong." Remaja itu memekik malu.
"Ya. Dan semoga saja, setelah ini dia akan sadar, betapa sebenarnya, ada seseorang yang sangat menyayanginya di sini."
"Mama..."