Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarkan Hampa itu Pergi

12 Desember 2022   09:55 Diperbarui: 12 Desember 2022   11:06 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Uriel Mont/pexels.com

Di dalam kamar, Dani melamun panjang. Tumor testis. Sebuah vonis yang membuat nyalinya ciut. Apalagi dia tahu istrinya sangat menginginkan seorang anak dalam kehidupan mereka.

Dani menelungkupkan wajahnya pada sebuah bantal. Tangisnya mulai terdengar, tetapi teredam oleh bantal yang ada. Dia tidak ingin Wati mendengar suara tangisnya. Namun, tak disangka Wati masuk kamar.

"Apa Mas sudah makan? Kalau belum, Wati temanin, ya," ajak Wati. Namun, Dani tidak menggubris ajakan itu. Dia segera menghentikan tangisannya.

Sejak kejadian itu, sikap Dani kepada Wati berubah. Wati bingung dengan perubahan itu, tetapi takut untuk menanyakan tentang hal itu kepada Dani. Wati pikir perubahan sikap Dani adalah imbas kenaikan jabatan suaminya.

***
"Siap-siap, ya. Besok Mas sudah libur, selama 3 hari. Kita bisa ke tempat Ibu," ucap Dani setelah pulang dari kantor.

Mendengar ucapan itu, Wati merasa senang sekali. Ternyata Dani tidak melupakan janjinya. Wati sudah tak sabar bertemu dengan ayah dan ibunya.

Setelah melakukan perjalanan selama sejam lebih, sampailah kedua pasangan ini di sebuah lingkungan yang asri dengan berbagai pohon buah di sana. Wati langsung keluar dari mobil. Ibu dan ayahnya telah menunggu di teras. Wati dan Dani mencium punggung ayah dan ibu.

"Alhamdulillah, bagaimana perjalanannya, Nak?" tanya ibunya. Wati menjawab panjang lebar. Dia menjadi ceria kembali sesampai di sini.

Dani keluar dari mobil sambil  membawa tas besar dan ikut masuk. Lalu, berhenti di ruang tamu. Dia meletakkan tas itu di sisi kursi panjang yang didudukinya itu, sedangkan Wati langsung mengikuti ibunya ke dapur. Ayah masuk ke ruang tamu dan mengajak Dani mengobrol tentang perjalanan tadi.

Beberapa menit kemudian, Wati sudah membawa kudapan dan teh hangat untuk ayah dan suaminya. Setelahnya, Wati kembali ke dapur. Di sana, Wati bercerita banyak dengan ibunya. Tak henti-henti dia mencium pipi ibunya yang makin banyak keriputnya itu.

"Sudah, sekarang ajak suamimu ke kamar. Dia mungkin ingin merebahkan tubuhnya. Nanti kalian tidur di kamarmu aja, ya. Tadi Ibu sudah membersihkannya," ucap ibu sambil keluar dari dapur menuju ruang tamu. Wati mengikuti dari belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun