4. Seleksi Pelatih Berkualitas
Pelatih memiliki peran vital dalam membentuk sikap dan pemahaman pesilat. Oleh karena itu, proses seleksi pelatih harus lebih ketat untuk memastikan bahwa hanya pelatih yang memiliki kompetensi, integritas, dan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai luhur pencak silat yang diizinkan melatih. Beberapa kasus menunjukkan adanya pelatih yang menggunakan metode latihan keras, berunsur perpeloncoan, dan kekerasan semata. Hal ini hanya akan menanamkan mentalitas agresif pada murid. Pelatih yang berkualitas akan mampu memberikan pengajaran yang tidak hanya berfokus pada teknik bela diri, tetapi juga menanamkan nilai-nilai etika, persaudaraan, dan penghormatan terhadap sesama.
Terlepas dari kasus kekerasannya, pencak silat adalah warisan budaya yang perlu dilestarikan oleh masyarakat. Dengan melakukan tindakan preventif dan korektif, tawuran perguruan silat dapat diminimalkan, dan esensi sejati dari pencak silat sebagai olahraga dan seni bela diri yang mengajarkan kedisiplinan, kehormatan, serta penghargaan terhadap sesama bisa tetap terjaga. Tindakan preventif seperti edukasi, pembinaan karakter, dan dialog antar-perguruan akan memperkuat pemahaman yang benar tentang nilai-nilai pencak silat. Sementara itu, tindakan korektif akan membantu menanggulangi dampak negatif yang mungkin timbul serta memperbaiki perilaku anggota perguruan yang terlibat dalam kekerasan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, perguruan silat, dan masyarakat, diharapkan pencak silat dapat tetap berkembang dengan baik dan memberikan kontribusi positif bagi bangsa tanpa mengorbankan keselamatan atau nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H