Sebagian besar anggota perguruan silat berusia remaja. Remaja yang umumnya memiliki emosi labil sering kali mudah terpancing. Tawuran pencak silat kemudian menjadi ajang bagi mereka untuk melampiaskan kenakalan dan emosi yang tidak terkendali.
6. Kurang Memahami Ajaran Perguruan Silat
Pada dasarnya, semua perguruan silat mengajarkan bela diri untuk tujuan kebaikan. Setiap perguruan memiliki falsafah masing-masing yang mengajarkan para pendekarnya untuk berbudi luhur. Namun, oknum pesilat yang terlibat tawuran sudah pasti lupa atau bahkan kurang memahami ajaran dan falsafah perguruannya.
Solusi dan Tindakan Pencegahan Tawuran Pencak Silat
1. Pengetatan Pengawasan oleh Aparat dan Developer Media Sosial
Pengawasan dari pihak kepolisian sudah menunjukkan hasil yang baik, tetapi masih perlu ditingkatkan. Langkah preventif seperti melarang penggunaan atribut atau kaos bermuatan provokatif harus ditegakkan secara konsisten. Aparat juga perlu memastikan bahwa tindakan kecil yang berpotensi menjadi pemicu konflik, seperti konvoi provokatif atau pembubaran tempat latihan secara ilegal, dapat dicegah sejak dini.
Di sisi lain, peran developer media sosial seperti TikTok dan Facebook juga sangat penting. Mereka harus proaktif menindak konten provokatif dengan melakukan takedown video atau unggahan yang mengandung ejekan, tantangan, atau propaganda bermuatan konflik. Kolaborasi antara aparat dan platform media sosial akan menjadi benteng utama dalam mencegah konflik di dunia nyata.
2. Sanksi Tegas dari Pengurus Perguruan
Perguruan silat memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter anggotanya. Sanksi tegas harus diberikan kepada anggota yang menunjukkan perilaku provokatif, baik di dalam maupun di luar komunitas. Teguran langsung atau bahkan pengeluaran dari perguruan adalah langkah yang harus ditempuh untuk memberikan efek jera. Pengurus perguruan juga harus tegas menolak memberikan perlindungan kepada anggota yang terlibat tawuran atau tindakan kriminal lainnya. Pendekatan ini akan menciptakan disiplin internal yang kuat sekaligus menjaga nama baik perguruan.
3. Forum Komunikasi Antar-Perguruan
Pihak kepolisian dan pengurus perguruan perlu secara rutin mengadakan forum komunikasi terbuka. Forum ini dapat menjadi wadah untuk membangun dialog, mengenalkan filosofi masing-masing perguruan, dan menjalin hubungan yang lebih harmonis antar-perguruan. Dengan adanya komunikasi yang intensif, kesalahpahaman yang selama ini menjadi pemicu konflik dapat diminimalisasi. Forum semacam ini juga dapat dimanfaatkan untuk membuat kesepakatan bersama tentang kode etik yang berlaku lintas-perguruan.