Faktor-Faktor Penyebab Tawuran Pencak Silat
Menurut beberapa artikel ilmiah yang diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia, fenomena tawuran antar-pesilat memiliki berbagai penyebab, antara lain:
1. Fanatisme dan Provokasi di Dunia Nyata dan Media Sosial
Fanatisme berlebihan terhadap perguruan silat yang telah mengakar sering kali menimbulkan provokasi. Oknum pesilat yang merasa perguruan silatnya lebih superior kerap memprovokasi perguruan lain yang dianggapnya kurang superior. Provokasi ini dapat berupa konvoi, pembubaran tempat latihan, perebutan atribut perguruan silat lain secara paksa, dan tindakan serupa. Provokasi tidak hanya terjadi di dunia nyata, beberapa oknum juga sering melakukan ejekan dan tantangan melalui media sosial seperti Facebook dan TikTok, yang kemudian berujung pada tawuran di dunia nyata.
2. Balas Dendam dan Kompetisi Eksistensi
Konflik sering dipicu oleh balas dendam akibat permasalahan sebelumnya, seperti insiden kekerasan atau hinaan antar-anggota perguruan. Selain itu, sifat kompetitif antar-perguruan untuk menunjukkan siapa yang "lebih kuat" atau lebih berpengaruh di masyarakat juga memperburuk situasi. Perguruan yang merasa tersaingi sering kali terlibat dalam tindakan agresif demi mempertahankan eksistensi mereka.
3. Perbedaan Latar Belakang dan Ajaran
Perguruan yang memiliki perbedaan pandangan atau ajaran tertentu sering kali gagal menemukan titik temu, yang akhirnya memicu perselisihan. Misalnya, metode pelatihan atau filosofi bela diri yang berbeda dapat menjadi bahan perdebatan dan ejekan, yang berujung pada konflik. Ketidakmampuan untuk saling menghormati perbedaan ini semakin memperburuk hubungan antar-perguruan.
4. Persaingan dalam Ajang Kejuaraan
Ajang kompetisi yang seharusnya menjadi arena persaudaraan terkadang justru menjadi medan rivalitas yang tidak sehat. Ketegangan sering muncul ketika salah satu perguruan merasa dirugikan oleh keputusan wasit atau hasil pertandingan. Hal ini kemudian memicu konflik antar-pesilat maupun antar-pendukung yang dapat berlanjut menjadi tawuran di luar arena kompetisi.
5. Emosi Labil dan Kenakalan Remaja