Mohon tunggu...
Anjar Meiaw
Anjar Meiaw Mohon Tunggu... Editor -

Kadang nulis | Kadang ngedit | Kadang nyanyi | Kadang ngemsi | Kadang shopping |

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meretas Batas

18 Desember 2015   12:54 Diperbarui: 18 Desember 2015   15:28 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku tak yakin.” Kilahku. “Tidak semudah itu hati perempuan, Ken!” aku menahan geram yang meruyak di hatiku.

“Tapi tolong percayalah padaku, Ra. Aku benar-benar akan datang untukmu ketika sudah tiba waktu yang tepat.”

“Aku sudah sering percaya padamu, Ken. Yang aku butuhkan saat ini bukan janji lagi, tapi pembuktian.” Aku menggelinjang oleh tangannya yang tiba-tiba menerkamku.

“Jadi kau mau menungguku lagi?” Ken berharap. Digenggamnya erat bahu-bahuku.  Tatapan matanya membuat jantungku berdenyar kacau.

***

Setelah menggelar resepsi di Jakarta, seminggu kemudian Ken dan Nadia menggelar resepsi di kediaman Ken di Solo. Aku datang. Sebelumnya banyak sekali kawan-kawan kampusku yang mengirimiku SMS, mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Mereka pikir Ken menikah denganku. Aku sudah menjelaskan tapi mereka tak percaya. Mereka masih ngotot bahwa akulah yang menikah dengan Ken. Terserah! Mereka baru percaya setelah melihat undangan dari Ken dan tidak ada nama Aira Arofa, S.Pd di sana.

Kutangkupkan doa di hadapan Ken dan Nadia. Wajah Ken muram dan menatapku penuh duka. Ia seperti tidak rela –atau pura-pura tidak rela- melepaskan aku. Entahlah. Aku sudah tidak peduli.

Saat kubagikan pelukan dan ciuman hangat di pipi Nadia, aku menggoreskan titik bening dari sudut mataku. Nadia tahu itu. Ia menahan sebentar ciuman pipiku yang menempel di pipinya. Ia berbisik, “Awas saja kau, pelacur!”

Aku tersentak. Pun demikian Ken yang rupanya mendengar kata-kata Nadia yang bernada ancaman itu. Gegas kutinggalkan pelaminan dengan hati yang carut marut. Sedemikian rupa masygul yang menyeruak dalam dadaku.

Malam harinya, tiba-tiba Ken mengetuk jendela kamarku. Hah! Ada pengantin kabur! Aku menjengukkan kepalaku keluar jendela. Ken sudah siap dengan mobilnya. Ia memintaku untuk lekas berkemas.

“Bawa semua barang-barangmu. Ijazah juga jangan sampai ketinggalan. Aku akan ke depan berpamitan pada Ibu.” Singkatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun