Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Ulasan Buku "Akhir Sebuah Rasa" Karya Megawati Sorek

9 Mei 2024   14:01 Diperbarui: 9 Mei 2024   14:05 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Koleksi pribadi 

"Tapi, Mak, aku suka gamis itu," sahut Ria cemberut. "Lagi pula siapa yang usil ambil gamis bekas aku coba?"

"Sudahlah, ikhlaskan saja. Bisa jadi dia lebih butuh gamis itu. Sudah bukan rezekimu, Ria."

Meski mulut berkata iya, tetapi hati Ria masih mengganjal. Harga gamis itu memang tidak seberapa. Namun, kehilangan barang kesayangan tetap saja terasa tidak enak.

Ria tinggal di daerah padat penduduk yang dipenuhi dengan rumah kontrakan. Dia dan Mak menyewa sepetak rumah yang terdiri dari teras kecil di depan, satu ruang tamu, satu kamar, serta dapur di bagian paling belakang. Kamar mandi dan toilet hanya tersedia satu yang digunakan secara bersama-sama dengan penghuni kontrakan lain.

Biasanya setelah baju-baju dicuci, kemudian dijemur di belakang, dekat dengan kamar mandi umum. Semua penghuni kontrakan menjemur di tempat yang sama, hanya beda tali saja sehingga kehilangan baju-baju sudah bukan hal aneh lagi. Meski begitu, tetap saja itu mengesalkan.

Ria dan Mak hanya tinggal berdua di kontrakan tersebut karena Ria adalah anak yatim sejak usia 12 tahun. Dari sekian banyak pengontrak, tidak ada anak perawan sepantar Ria. Kebanyakan penghuninya adalah pasangan muda dengan satu atau dua anak balita. Itu membuat Ria kebingungan menerka siapa gerangan pemilik tangan usil yang menyukai gamis bekas pakai miliknya.

Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, saat Ria membuka pintu depan, dia menemukan bungkusan plastik bening berisi gamis yang hilang. Wangi parfum khas laundry tercium semerbak ketika bungkusan dibuka. Di antara lipatan baju ditemukan selembar kertas yang ditulis tangan menggunakan huruf kapital: MAAF, BAJUNYA KUPINJAM, TERIMA KASIH.

Ria menjadi heran setengah mati. Dia menerka-nerka lagi pelaku serta motif perbuatannya. Namun, hasilnya masih tetap sama: nihil.

Di antara rasa kesal dan penasaran, tiba-tiba terdengar pintu diketuk diiringi ucapan salam yang lantang dari arah depan. Ria bergegas menyambutnya.

"Masuk, Bi. Dari pasar, ya?"

"Iya, mana makmu?" Sang tamu mengulurkan sekantung jeruk ke Ria lalu duduk di sofa usang ruang tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun