Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gara-Gara Novel Dewasa

30 Desember 2023   09:41 Diperbarui: 30 Desember 2023   09:51 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kugenggam jemari sahabatku yang terasa membeku. "Dian, kamu harus menghadapi ini dengan kepala dingin. Anakmu sedang jatuh, kamu harus ada di sisinya untuk menguatkan dia. Bukan cuma kamu, tapi dia juga pasti merasa cobaan itu terlalu berat untuknya," bisikku.

"Ma, maafkan Novia." 

Aku dan Dian sama-sama melihat ke pintu yang terbuka. Novia datang bersama beberapa orang yang menerobos masuk tanpa dipersilakan lebih dahulu. Aku mengernyit, saling lempar pandang dengan Dian.

Novia dan orang-orang itu duduk di sofa ruang tamu. Kugandeng Dian untuk menemui mereka, setelah sebelumnya kami berdua berbincang di ruang keluarga, sejalur dengan pintu utama.

Novia bersujud di kaki ibunya sesaat setelah Dian duduk. Tangis anak itu pecah. Deretan kata maaf terlontar begitu tertata dari mulutnya. Aku membuang pandangan ke tamu-tamu lain. Dian menarik lengan Novia, menyuruh anak itu duduk di sisinya.

"Kalau boleh tau, Bapak dan Ibu ini siapa? Kenapa mengantar anak saya sampai ke sini?" tanya Dian sambil menyusut air matanya.

"Kami orang tua Bili, Bu. Maaf, kami datang ke sini tanpa memberi kabar sebelumnya," ucap sang bapak sambil menyentuh pundak remaja lelaki di sampingnya yang menunduk. "Tadi, waktu kami ke rumah Novia, kami lihat dia sedang mencoba ...."

"Mencoba apa, Pak?" tanyaku ingin tahu.

Ayah Bili memelankan suaranya. "Dia mau gantung diri, Bu."

"Astagfirullah! Novia!" Dian menjerit. Dipeluknya putri semata wayang itu dengan air mata menderas. "Istigfar, Nak, istigfar."

Tidak ada yang bersuara selain Dian yang terus terisak dan menyesali tindakan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun