Pandanganku mulai menghitam dan tubuhku sudah mati rasa. Hingga akhirnya aku tidak sadarkan diri dan menjatuhkan tubuhku ke tanah.
Namun ada seulur tangan yang menangkapku. Dari siluetnya, aku bisa mengenal, kalau itu, Kak Reza.
* * *
"Drama apa lagi sih kamu, Nan? Pake acara bolos sekolah segala. Jadinya aku yang ditegur sama guru-guru tau nggak?!" gertak Fara begitu sampai di rumah sakit.Â
Ia menggoyangkan tubuhku yang tengah berbaring tak sadarkan diri dengan alat pacu jantung yang canggih dan lengkap. Dia pikir aku berdrama?
Plakk!!!
Tamparan keras berhasil lolos dari layangan tangan ayahku. Refleks Fara pun melotot kaget. Tidak kalahnya Ayahku sendiri, Bunda, dan Kak Reza yang tadinya berlinang air mata sekarang menatap Fara dengan tajam.
"Bahkan ketika sahabat kamu sendiri sedang kritis, kamu begitu, hm?!!!" tanya Ayahku dengan geram.
Mata Fara membulat dengan dahinya yang berkerut. Ia menatapku lagi yang terlihat sangat lemah di atas brankar. Ia mengamati kedua mataku yang terkatup rapat dan bibirku yang putih sepucat mayat. Fara terkekeh nyalang.
"Kritis?"
Dijawab oleh bundaku yang menangis tersedu. "Iya, Fara! Ternyata selama ini Nanda punya penyakit Anemia Gravis. Kenapa sih kamu malah begitu..."
Fara mengernyit. Ia mendecak masih tidak percaya. Cuma anemia, sampai kritis.