Aku kecil pun mencoba tersenyum. Lalu mengulurkan kelingking mungilku kepadanya. "Janji ya!"
"Iya janjiii," ujar Fara kecil sembari memelukku erat.
Di kala itu karena aku menangis sebab tidak mau berpisah dengan Fara yang akan pindah ke kota lain. Tapi ternyata Fara baik hati dan memohon kepada orangtuanya agar ia tidak diikutkan pindah, alias hidup bersama kakek-neneknya saja.
Sementara satu tahun lalu...
Fara sedang asik mengamati foto ketika aku dan Fara masih kanak-kanak. Ia terbahak ketika melihat sebuah fotoku saat menangis.Â
"Nanda, kamu kalo nangis jelek banget..."
Aku menjulurkan lidahku, bercanda. "Nggak. Aku cantik."
Fara lanjut terbahak lagi. Aku tersenyum. "Tetep jadi sahabat aku ya, Ra."
Fara menatapku lekat dan langsung memelukku. "Pasti."
Aku terus membayangkan semua masa indah yang pernah aku dan Fara lalui. Rasanya mustahil untuk terulang kembali. Tidak terasa, sudah hampir satu jam aku di sini. Aku berdiri hendak pergi. Namun, pusing kepalaku kembali menyerang. Napasku terasa sangat sesak. Jantungku juga terasa berdenyut kencang sekali. Separah apakah penyakitku ini?
Aku rasa, waktuku sudah....