"Sama-sama, Om. Kalo Reza boleh tau, apa bener Nanda cuma kecapekan?"
"Iya Reza. Tapi kalo lama-lama sering pingsan kayak tadi ya kami bakal paksa Nanda buat periksa," sahut Bunda.
Dan aku segera menyerobot. "Apa sih bunda... Aku nggak papa..."
Bunda mencubit gemas hidungku. "Iyaa kamu kan sehat."
Jlebbb
"Ngomong-ngomong kok kalian bisa kenal ya Reza? Nanda nggak pernah cerita tuh ke bunda...."
Reza tersenyum malu-malu. "Saya yang deketin Nanda sejak MOS."
"Hahh kamu suka sama anak saya??" pekik Bundaku.
Kak Reza mengangguk. Dan ayah bundaku tampak sangat bahagia. Mereka bahkan mengajak Kak Reza mampir dulu.
Dan di tempat, aku hanya mampu diam-diam tersenyum. Tetapi rasanya mustahil jika di dunia ini aku mendapatkan kebahagiaan seperti itu. Aku yakin, ajalku sudah dekat. Sekali lagi aku tersenyum, anggap ini kebahagiaan terakhirku.
Tanpa diduga, ternyata Fara menyaksikan momen bahagia ini dari rumahnya yang tepat di sebelah kananku. Ia memandangku penuh dengan kebencian.