"Ini akan tumbuh lagi. Kalian tahu? Gigiku tidak akan selamanya begini! Ini akan tumbuh lagi!"
Aku, Frans dan Gilbert tersenyum geli seirama, namun tidak dengan Andre. Dia masih menampilkan ekspresi yang sama sambil terus memejamkan matanya. Melihat keadaan itu membuat kami langsung kembali terdiam dan menunggu tanggapan dari Andre. Namun dia sama sekali tidak berkata sepatah kata pun. Cukup lama keheningan terjadi, akhirnya Gilbert yang bersuara.
"Lalu bagaimana kisah sebenarnya tentang Boogeyman itu, Ndre?"
Dengan perlahan Andre membuka matanya. Setelah terbuka, bola mata yang tadi terlihat begitu menyeramkan sudah tidak nampak lagi. Namun tatapannya kini berubah menjadi setengah melamun dan jauh menerawang.
Dengan suara lirih yang sama, Andre menjawab, "Boogeyman bukan hanya sekadar dongeng atau gurauan untuk menakuti anak-anak. Dia benar apa adanya," Andre menghela napas sebelum melanjutkan. "Boogeyman dikenal dengan banyak nama dari segala penjuru dunia. Dan sebutan Boogeyman ini populer di negara Inggris Raya ini, juga di Amerika Serikat. Ada banyak versi dengan sebutan yang berbeda dari berbagai dunia, tetapi tetap merujuk kepada satu arti dan obyek yang sama.
"Seperti contohnya dari Argentina, Portugal dan Brasil, mereka memanggil Boogeyman dengan sebutan Karung Man. Sementara di Spanyol, mereka lebih sering memanggilnya dengan sebutan El Coco. Atau di Jepang dan di Indonesia, mereka lebih dikenal dengan sebutan Kami-Kukushi dan juga Wewe Gombel.
"Bentuk dan rupa dari Boogeyman juga beragam, sesuai dengan kepercayaan dan budaya dari negara tersebut. Tapi yang pasti, secara umum, bentuk dari Boogeyman hampir dari semua budaya itu, memiliki kesamaan. Yaitu bertubuh besar bahkan ada yang menyerupai seperti hewan buas atau semacamnya. Selain itu, dia juga memiliki cakar yang sangat panjang dan juga tajam yang bisa merobek isi perutmu dengan mudah. Dan tentang Boogeyman yang akan datang mengambil anak-anak nakal, itu bukanlah dongeng. Karena memang itulah yang dilakukannya."
Terjadi keheningan yang cukup panjang. Bahkan setelah menghentikan kalimat terakhirnya, Andre tidak bergeming sedikit pun. Matanya masih menatap kosong ke arah lilin yang sudah hampir redup, sementara kami saling menatap satu sama lain secara bergantian dengan ekspresi bingung yang sama. Namun dari kami semua, hanya Luca yang masih tetap menampilkan ekspresi santai yang biasa. Dia pun akhirnya yang angkat bicara memecah keheningan.
"Lalu cerita apa yang akan kau ceritakan kali ini, Ndre?" sahut Luca dengan santai. "Lilinnya sudah hampir padam, lho."
Andre masih menampilkan ekspresi yang sama setelah Luca selesai berkomentar. Namun tidak lama setelahnya, tatapannya mulai menyapu ke arah kami dengan gerakan lambat, dan mulai bersuara, "jadi, kalian mau memulai ceritanya? Baiklah, akan kumulai.
"Kalian tahu betapa pentingnya sebuah peraturan itu, bukan? Ya, karena itu adalah peraturan, dan peraturan dibuat agar membuat kita tidak bertindak sesuatu yang melanggar norma-norma yang ada. Kalian sudah cukup besar, jadi pasti sudah mengerti tentang hal ini, bukan? Jadi aku tidak akan melanjutkan tentang betapa pentingnya sebuah peraturan secara umum.