"Apa?" sahut Gilbert dengan cepat.
"BOO-GEY-MAN," jawab Andre masih dengan suara lirih. "Apa kalian pernah mendengar tentang kisah itu?"
Frans menjawab setelah terjadi keheningan sesaat, "sepertinya aku pernah mendengarnya. Sudah lama sekali, mungkin. Aku tidak terlalu ingat tentang detailnya."
"Lalu apa yang kau ingat, Frans?" sahut Luca.
"Yah, itu semacam cerita atau dongeng untuk anak kecil agar mereka tidak menjadi nakal. Karena kalau mereka nakal, Boogeyman akan datang mengambil mereka. Semacam itulah."
"Terdengar seperti kebalikan dari Sinterklas," Gilbert menanggapi. "Jika Sinterklas akan memberikanmu hadiah kalau bisa menjadi anak yang baik, maka Boogeyman ini justru akan menangkapmu jika kau menjadi anak yang nakal. Semacam versi jahat Sinterklas?"
"Semacam versi jahat Sinterklas," sahut Luca seirama.
"Dan kau percaya dengan cerita itu, Frans?" tanyaku kemudian.
"Sewaktu dulu, iya. Aku sempat percaya. Tapi sekarang, hey! Lihatlah aku! Aku sudah sembilan tahun sekarang dan banyak kenakalan yang sudah aku lakukan. Tapi aku masih belum ditangkap oleh si Boogeyman itu."
"Karena dia tidak bisa melihatmu saat malam, Frans," ejek Luca sambil tersenyum dengan gigi ompongnya.
"Oh, benarkah? Karena kulitku hitam, begitu?" sahut Frans. "Kau tahu? Saat melihatmu juga dia tidak akan berani mendekatimu, karena dia takut kau akan mengulumnya dengan mulutmu yang tidak memiliki gigi itu sampai menjadi bubur."