Mohon tunggu...
Fadli Muhamad
Fadli Muhamad Mohon Tunggu... Pustakawan - Writer

Love reading, love writing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lilin Terakhir

30 November 2023   08:27 Diperbarui: 30 November 2023   09:05 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Frans yang sedari tadi berdebat dengan Luca langsung berhenti dan menoleh ke sampingnya. Wajahnya langsung membeku ketika melihat Gilbert tidak ada di sebelahnya, "t-tadi dia masih di sini. Hei, Andre, ke mana Gilbert?"

Serentak pandangan kami langsung menuju ke Andre, namun Andre sama sekali tidak bergeming. Dia hanya diam menampilkan ekspresi datar dengan tatapan yang kosong ke arah tempat duduk Gilbert yang juga kosong. Sepertinya dia melihat dan mengetahui apa yang terjadi kepada Gilbert, tapi dia tidak mau membicarakannya.

Frans yang cemas dan khawatir mencoba bangkit dari duduknya, namun dengan cepat Andre langsung menggenggam tangannya dengan sangat erat dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Kemudian dia berbicara dengan suara yang sangat pelan.

"Tetap berada di dalam lingkaran," ucapnya.

Bisa kurasakan tubuh Frans bergetar dengan sangat hebat, bahkan aku mendengar pelan isakan tangis darinya. Aku langsung menggenggam tangannya, dan dia pun langsung mencengkram genggamanku dengan sangat erat. Bisa kurasakan dirinya sangat amat ketakutan.

"A-aku melihat ada yang berjalan di luar selimut," ujar Frans disela isak tangisnya. "M-mungkinkah . . . Mungkinkah itu Gilbert?"

Kami semua melihat ke arah Andre untuk memastikan jawabannya. Dan Andre menggelengkan kepalanya dengan sangat pelan sebagai jawaban. Cengkraman tangan Frans pun semakin kencang.

"A-apa ada yang mendengarnya?" kini Luca yang bersuara.

Aku pun menjawab dengan suara yang parau, "y-ya, aku mendengar ada yang berjalan mengelilingi . . ."

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, secara mengejutkan genggamanku tertarik ke belakang dan dalam hitungan detik cengkraman erat dari tangan Frans sudah hilang dari genggamanku. Tubuhku membatu, jantungku berpacu dengan sangat cepat, keringat dingin dan air mataku dengan sangat deras keluar secara bersamaan. Mulutku yang terbuka lebar tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Genggaman erat dari tangan Frans masih bisa kurasakan, dan kini aku hanya memandangi tanganku yang kosong dan hampa itu.

Secara perlahan aku mendengar suara isak tangis dari Luca, dia merasa yang paling terpukul dengan apa yang baru saja terjadi. Karena beberapa detik sebelumnya, mereka masih saling beradu argumen, dan kini Luca hanya bisa menangisinya dengan suara yang tertahan. Andre yang sedari tadi terdiam ternyata juga menampilkan ekspresi takut yang sama, namun dia mencoba untuk tetap tenang dan tegar. Setelah keheningan yang cukup lama, akhirnya dia mengeluarkan suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun