"Singkat kata, jika kau melanggar sebuah peraturan, maka kau akan mendapatkan hukuman. Dan di mana pun itu, di 'dunia' manapun itu, aturannya akan tetap seperti itu. Mereka yang melanggar, maka mereka akan dihukum. Hukumannya pun sesuai, maksudnya, mereka yang dihukum harus berdasarkan dengan sebesar apa peraturan yang dilanggarnya itu. Seperti contohnya, kau, Luca, yang jarang merapikan tempat tidurmu sehabis bangun tidur. Paling hukuman yang diberikan Ms. Leona hanya sekadar untuk membersihkan tempat tidurmu, atau membersihkan halaman depan. Seperti itulah, kau melanggar tentang kebersihan, maka hukuman yang kau dapat adalah untuk membersihkan," Andre berhenti cukup lama kemudian melanjutkan dengan sangat perlahan, "tapi tidak dengan peraturan dari dunia lain itu."
Bisa kurasakan di kedua sisiku, Frans dan Luca, sama tersentaknya denganku setelah mendengar kalimat terakhir dari Andre itu. Juga tatapan Gilbert yang sempat kulirik menampilkan ekspresi yang lebih serius dari sebelumnya. Tidak satu pun dari kami yang langsung menanggapi kalimat terakhir  dari Andre itu. Kami diam beberapa saat untuk menunggu Andre memperjelas apa yang diucapkannya barusan. Namun ekspresi dari wajah Andre tidak terlihat jika dia ingin melanjutkan ataupun memperjelas perkataannya, oleh karena itu, aku langsung angkat bicara menanggapi hal tersebut.
"Apa maksudmu, dengan 'dunia lain' itu, Ndre?" tanyaku.
"Ya, apa maksudnya peraturan dari dunia lain itu?" sahut Gilbert seirama.
"Kupikir kalian sudah paham, berhubung kita sudah melakukan hal ini berulang kali," jawab Andre. "Selama ini kita selalu aman, karena kita mematuhi peraturan yang diberikan. Tapi kali ini, ada satu peraturan yang kita langgar."
Frans langsung melirik dan menunjuk ke arah Luca, "apa tadi karena Luca berbicara sebelum bunyi lonceng jam berhenti berdentang?"
"Hei, kenapa kau jadi malah menyalahkanku?!" balas Luca.
"Itu sudah jelas, bukan? Karena tadi kau sempat berbicara sebelum bunyi lonceng berhenti berdentang! Ini pasti kau! Kau yang sudah melanggar peraturan itu!" seru Frans masih tetap menunjuk ke arah Luca.
"Kenapa kau begitu, hei?! Apa kau ada dendam pribadi denganku?" seru Luca tidak mau kalah.
Mendengar mereka berseteru seperti itu membuatku harus angkat bicara, "sudahlah, teman-teman. Ini semua bukan sepenuhnya kesalahan Luca, aku juga sempat berbicara sebelum bunyi lonceng tadi selesai berdentang, jadi itu juga kesalahanku," ujarku mencoba menengahi.
"Aku tadi bilang, 'kita'," ujar Andre dengan suara lirih yang pelan.