Cinta yang mengepung para sufi bukan hanya cinta manusia kepada Tuhan, tetapi juga cinta Tuhan kepada semua manusia. Cinta manusiawi semuanya adalah cinta Ilahi.5Â cinta bukanlah sesuatu yang statis dan diam, tetapi ia adalah sesuatu yang bergerak, yang bersumber dari keresahan yang terus-menerus.6Â Rasa kasmaran telah direpresentasikan oleh para sufi dengan syair, puisi, dan aforisme, meski mereka menyadari bahwa rasa itu tidak selalu bisa diwakili dengan kata-kata sederhana, dan lugas. Kesatuan pencinta dengan sang kekasih diungkapkan oleh Hakim al-Sana'i, "Kasmaran menimpa pencinta sang kekasih demi memprioritaskan perengkuhan asyik-masyuknya rasa kasmaran. Kasmaran sejatinya bagaikan satu warna: lebur dalam ketentraman. Ia mengembang dan menjalar sehingga tak ada pihak yang mendahului dan didahului, serta tak ada bedanya antara pencinta dengan kekasih. Esensinya tak dibatasi ufuk dan tempat. Ia lebih tinggi dariufuk. Segala yang terjadi adalah manifestasi ufuknya." Jalaluddin Rumi mengilustrasikan rasa cinta dan rindu manusia yang membuncah terhadap Tuhannya:
Musa as melihat seorang penggembala di satu jalan. Si penggembala berujar,
Â
"Ya Tuhan, ya Allah, di manakah engkau sehingga aku harus mengikuti-Mu? Aku pintal dan aku jahit sandal-Mu. Aku sisir rambut kepala-Mu. Aku basuh baju-Mu. Aku bunuh kutu-kutu di rambut-Mu. Aku datang kepada-Mu dengan segelas susu, wahai Sang Pemalu. Kusambut tangan-Mu yang mungil. Kuremas telapak kaki-Mu yang mungil. Dan ketika telah datang waktu tidur-Mu, kubersihkan dipan-Mu yang indah."
Musa as menegur,"Wahai orang yang dihatinya penuh kambing. Wahai orang yang tuturnya memikikkan ekstase dan kasmaran. Engkau berbicara dengan siapa, wahai sang penggembala?"
Penggembala menjawab, "Dengan sosok yang telah menciptakan kita, bumi, dan cakrawala..."7
Cinta asasi adalah cinta wujudi (cinta eksistensial). Lantaran totalitas wujud menjelma menjadi manusia, alam semesta dan seisinya dikreasikan sedemikian rupa oleh Tuhan. Sehingga cakupan cinta adalah sebesar, seluas, dan sepanjang kreasi Tuhan.
Dari cinta kita terlahir,
Dan dari cinta kita berasal
Karena itu, kita bertujuan mendatanginya,
Dan karenanyalah kita menghadap (Tuhan)8