Negoisasi belaka...
 Febri selepasnya berteduh sebentar. Sebentar nanti mampir jogja rencananya. Bernostalgia mencari pesona Hik yang konon kabarnya jauh bermula dan berkembang dari dan di Kota Jogja. Kota Jogja, kota dengan sarat nama-nama dan perumpamaannya.
***
"Bapak, yakin tidak perlu diantar...cukup naik ojek online? Jauh Pak. Dari Tawangmangu turun sampai Solo." Kata sopir kantor.
"Terima kasih mas. Pengin ganti suasana aja. Bahkan rencana saya langsung Jogja mampir dolan sebelum pulang. Besuk Sabtu juga libur!"
"Nginep Jogja?"
"Belum tahu, bisa jadi langsung pulang. Bus ke arah Timur sewaktu-waktu ada!" Yaa, jika seandainya ambil perjalanan malam ke arah timur, setidaknya sepanjang perjalanan berjalan di sisi pantai sebelah utara, di saat di ujung Lelah dapat tersinar sinar matahari pagi yang beranjak. Setidaknya sisi pohon bakau cukup menawarkan pesono dengan burung dan satwa beraneka ragam menikmati alam bebas tanpa keterikatan.
"Tapi juga masalahnya ojek online agak jarang. Bahkan cenderung tidak ada. Sulit nyantol!"
Febri bakal tunggu. Bakal tunggu satu jam atau dua jam bukan masalah. Selama masih ada kopi, candunya bikin betah. Belum lagi alam mengajarkan kearifan membuat hati yang beku menjadi cair luluh oleh lembutnya alam Tawangmangu. Waktu memang takkan pernah berhenti di Tawangmangu, tetapi Tawangmangu mampu memangku langkah yang merapuh.
***
Dua roda bergulir. Salam satu aspal...