Febri melanjutkan katanya dalam hati. Entah siapa yang mendengar, tapi harus. Terbang rendah tak bisa ada yang menahan bincangnya "jangan keluar malam ini nanti. Berbaris tersimpan sisa gambar. Terbukti kemarin telah terlahir, esuk yang berbeda dengan lantang teriakkan bayangan. Langkahkah kaki seperti tertahan menahan."
Febri Lanjutkan "sesungguhnya aku masih bernafas. Kuharap aku dapat menghitung akhir cerita, memupus tatap mata kabur mengabur. Garis tangan berhenti menggambar tanpa arah. Tiada lagi tempat khayalan tinggi memegang indahnya. Yang kunanti kembali memegang keceriaan."
Febri teriak sendiri" dalam keadaan seperti ini, aku harus ke mana? Kepada siapa?"
"Mas...!" Febri terkejut, rupanya Bapak penjual Hik Sudah kembali.
Kaget. Ekspresinya terlihat terkejut. Lihatlah rumput-rumput tanpa bosan merangkai asa walaupun setiap waktu terinjak, terinjak tanpa pernah berteriak memaki. Secangkir es kopi sesuatu yang tidak biasa untuk mengubah suasana hati, menyapu tenggorokan kering di siang hari penuh debu beterbangan mengganggu pandangan menjadikan buram berkabut.
"Maaf Bapak, kenapa Bapak harus sholat?"
"Mas, Sholat membuat Bapak sukses dan Bahagia. Sholat mencegah bapak dari batas yang telah ditentukan."
***
(Jika rencana itu benar, belum jadi sekalipun Allah akan kawal, Allah akan jaga. Maka tugas kita hanyalah menjaga hati. Jangan biarkan berjalan dengan kehampaan, jangan biarkan kosong. Tak usah ragu atau terganggu datangnya, jangan terbelenggu dan menghentikan langkah untuk menerima kebenaran. Dan barangkali itu sesungguhnya adalah Jalan Cahaya.)
(Telinga dan mata adalah pintu pembuka hati. Hati memuat apa yang di dengar telinga. Sedangkan hati pula memuat apa yang dilihat oleh mata. Sesungguhnya apa yang didengar telinga dan yang dilihat mata mempengaruhi hati).
"Dengan kekuatan hati aku pergi. Yakinkan hati temani langkahku" Febri mencoba berfikir membuka diri. Sesuatu tentang kalimat yang sekali lagi coba dia cerna. Mencoba berdialog, memainkan logika, berdamai dengan logika dalam satu taruhan dengan alam pikirannnya. Masuk akal atau tidak, atau hanya sekedar halusinasi belaka.