"Abi-ku pernah bilang, kita hidup di dunia ini hanya sementara. Setelah kematian, terus kita di kuburkan di Islamic Memorial Planet (planet khusus untuk menguburkan penduduk bumi yang meninggal, jaraknya ribuan tahun cahaya dari bumi-red) justru itulah awal dari kehidupan kita sebenarnya. Semuanya nyata dan pasti akan terjadi. Gak hanya sekedar dongeng, hikayat atau mitos. Dan kita wajib meyakininya, sebagaimana kita meyakini adanya Tuhan, malaikat, Al-Qur'an, nabi, hari akhir dan juga qada qadar..." jelas Isma panjang lebar.
"Jadi kalau kamu beranggapan, sholatmu dan semua ibadah yang biasa kamu lakukan itu hanya sekedar kewajiban antara kamu dengan penguasa bumi, itu salah banget! Justru kamu sedang mengerjakan kewajiban dengan Tuhanmu. Dan ada pengawas yang lebih keren di bandingkan Police Religion Detector, yaitu malaikat Raqib!" lanjut Isma kemudian. Seperti biasa, suaranya terdengar lembut.
Aku tergugu mendengar setiap penjelasan yang terangkai manis melalui celah bibirnya. Bahkan untuk menyela setiap ucapannya pun aku nyaris tak berdaya. Ada hal indah yang coba Isma paparkan, lalu terasa menyelusup memasuki sudut jiwaku yang selama ini kosong.
******
Wusss...wusss!
Samar-samar dari kejauhan aku mendengar suara flying car dan flying bike yang hilir mudik menembus untaian awan. Pandangku tak lepas dari layar hologram yang sudah hampir dua jam menemaniku di tengah senyapnya ruangan National Historical Library (perpustakaan sejarah nasional-red).
Sesekali aku mendengar suara kursi yang bergeser, hempasan orang-orang yang duduk dan bluukk! Suara hardcover buku yang tertutup. Selebihnya hanya hening dan helaan nafas yang saling menimpal.
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)" (q.s al-A'raf, 178).
Sesaat aku tertegun pada sebuah tulisan yang muncul di beranda layar hologram-ku. Ada sejumput rasa hangat yang perlahan berpedar merasuki sukmaku.
Yaa!
Beberapa hari terakhir ini jiwaku seolah terusik. Aku tak kuasa menggambarkan rasa apa yang sekarang memenuhi setiap ruang di hatiku.