Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sign

2 November 2023   09:42 Diperbarui: 2 November 2023   09:56 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Klontaaaang! 

Tak sengaja, ujung sepatuku menyenggol tumpukan kaleng yang tersusun di ujung trash container apartemen. Refleks aku membekap mulut dan merapatkan tubuhku di sela-sela tiang penopang trash container.

"... Ibu, sudah dulu yaa... Nanti Isma hubungi lagi... Dadaaah ibuu, Assalamualaikum...!"

Klik! 

Terdengar suara lembut itu menyudahi pembicaraan lalu bergegas menutup sambungan telecom-nya. Jarak tempatku berdiri dengan pemilik suara lembut itu hanya terhalang tumpukan balok-balok kayu. Aku yakin, kalau saja badannya berputar pasti dia akan menemukan keberadaanku yang tengah mematung, menempel di sela tiang.

"Haiii... syukurlaaah, aku kira tadi tikus looh!" tiba-tiba suara lembut itu berseru ke arahku. Aku terhenyak, antara kaget dan malu. Sepersekian detik, aku merasa badanku memanas. Rasanya aku ingin berlari lalu membelah bumi untuk menyembunyikan rasa maluku.

"Kamu yang tinggal di kamar sebelah aku kan?" tanyanya kemudian. Sekilas aku melihat senyumnya mengembang, dan sinar matanya sangatlah bening. Bagai maling yang tertangkap basah, akhirnya aku keluar dari sela-sela tiang, menghampirinya dengan gugup.

Gadis itu berdiri membelakangi paparan lampu di atas plafon. Baju panjang dan kain yang menutupi tubuh dan kepalanya, membentuk siluet, seolah bidadari yang melayang. Aku tebelalak heran melihat penampilannya. Di tahun 2127 tak pernah aku melihat perempuan penduduk bumi yang berpakaian seperti itu.

"Haiii...kok malah bengong!" gadis itu mengibaskan tangannya di depan mukaku yang terkesima, lalu tertawa renyah dan lembut. Aku membalas tawa itu dengan senyum konyol dan muka kemerahan.

Begitulah, akhirnya aku bisa berkenalan tanpa sengaja dengan gadis pemilik suara lembut yang menjadi penghuni baru apartemenku.

******

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun