Klontaaaang!Â
Tak sengaja, ujung sepatuku menyenggol tumpukan kaleng yang tersusun di ujung trash container apartemen. Refleks aku membekap mulut dan merapatkan tubuhku di sela-sela tiang penopang trash container.
"... Ibu, sudah dulu yaa... Nanti Isma hubungi lagi... Dadaaah ibuu, Assalamualaikum...!"
Klik!Â
Terdengar suara lembut itu menyudahi pembicaraan lalu bergegas menutup sambungan telecom-nya. Jarak tempatku berdiri dengan pemilik suara lembut itu hanya terhalang tumpukan balok-balok kayu. Aku yakin, kalau saja badannya berputar pasti dia akan menemukan keberadaanku yang tengah mematung, menempel di sela tiang.
"Haiii... syukurlaaah, aku kira tadi tikus looh!" tiba-tiba suara lembut itu berseru ke arahku. Aku terhenyak, antara kaget dan malu. Sepersekian detik, aku merasa badanku memanas. Rasanya aku ingin berlari lalu membelah bumi untuk menyembunyikan rasa maluku.
"Kamu yang tinggal di kamar sebelah aku kan?" tanyanya kemudian. Sekilas aku melihat senyumnya mengembang, dan sinar matanya sangatlah bening. Bagai maling yang tertangkap basah, akhirnya aku keluar dari sela-sela tiang, menghampirinya dengan gugup.
Gadis itu berdiri membelakangi paparan lampu di atas plafon. Baju panjang dan kain yang menutupi tubuh dan kepalanya, membentuk siluet, seolah bidadari yang melayang. Aku tebelalak heran melihat penampilannya. Di tahun 2127 tak pernah aku melihat perempuan penduduk bumi yang berpakaian seperti itu.
"Haiii...kok malah bengong!" gadis itu mengibaskan tangannya di depan mukaku yang terkesima, lalu tertawa renyah dan lembut. Aku membalas tawa itu dengan senyum konyol dan muka kemerahan.
Begitulah, akhirnya aku bisa berkenalan tanpa sengaja dengan gadis pemilik suara lembut yang menjadi penghuni baru apartemenku.
******