Mohon tunggu...
Maureen Assyifa Agnimaya
Maureen Assyifa Agnimaya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya seorang pelajar di salah satu SMA negeri di Bandung. Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang fashion designer karena saya suka sekali menggambar. Saya juga suka menulis cerpen, dan beberapa kali pernah menjadi juara menulis cerpen di berbagai lomba. Di media ini, saya akan menitipkan cerpen-cerpen yang pernah saya ikut sertakan dalam lomba menulis. Semoga menjadi inspirasi buat siapapun yang mencari referensi menulis cerita yang sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seindah Bunga Matahari

8 Mei 2023   11:20 Diperbarui: 8 Mei 2023   11:41 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siuman? batin gadis itu di sela-sela dekapan perempuan tadi. Gelang dan kalung imitasi, yang menghiasi kedua tangan dan leher perempuan itu bergemerincing, sahut menyahut dengan sedu sedannya. Bau parfum murahan menyeruak rongga hidung sang gadis, hingga membuatnya nyaris muntah. Gadis itu masih membeku. Susah payah dia berusaha mengumpulkan fragmen-fragmen memori yang membuncah dalam otaknya. Hatinya seketika mencelos, hangat pun diam-diam menyusup dalam dua maniknya. Kian lama, pikiran gadis itu menghitam, lalu mengembara ke satu per satu potongan memori.

Jemari kurusnya meraba wajah dan tubuhnya pelan. Bulir air mengucur semakin deras dari sudut kelamnya. Kini ia ingat betul, apa yang telah membuat hatinya terasa gamang. Apa yang telah membuatnya terasa hina dan rusak. Sekuat tenaga ia coba kumpulkan kepingan kisah yang berserak dalam otak. Sakit, sedih dan marah, berbancuh dalam sukmanya lalu berkapiler memenuhi bilik-bilik hatinya. Kembali nyeri itu mencengkeram dadanya kuat-kuat, hingga nyaris limbung.

"Jangan sok suci, lu!" bentak suara yang sepertinya tak asing.

Dengan sisa tenaga, gadis itu mencoba lagi berontak meski sia-sia. Kedua matanya tertutup secarik kain berwarna gelap, pun dengan mulutnya yang kini tertutup lakban.

"Fiuuhh!... Harusnya aku tak meludahi wajah tengik itu," batin gadis itu geram, mengingat kekonyolan yang tadi sempat dia lakukan.

"Lu kira, gue mau sama lu karna lu cantik, hah?" suara itu setengah berbisik di sisi gendang telinganya, diikuti tawa terkekeh yang menjijikan. Bau alkohol seketika menyergap penciuman lalu mengaduk seluruh isi perutnya.

Tiba-tiba, bulu-bulu halus meremang di setiap jengkal kulitnya. Tangan laki-laki itu terulur, lalu dengan kasar merenggut helai demi helai kain beludru yang membungkus tubuh ringkihnya. Sedetik kemudian gelap menyergap, menyisakan isak yang tertahan. Hari itu, untuk pertama kalinya dia merasakan kelir putih janggal itu acap kali menjuntai memenuhi netranya.

*****

 "Waaah... selamat ya Rubi! Anak ibu yang pintar dan cantik. Akhirnya kamu bisa lolos masuk SNMPTN!" seru ibu. Manik matanya berpedar penuh bintang, saat melihat hasil pengumuman SNMPTN di layar laptop yang disodorkan Rubi.

"Siapa dulu dong ayahnya!" sahut ayah lalu tergelak.

"Iihh... siapa juga dong ibunya!" timpal ibu tak mau kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun