Akhirnya Tasya mengantri untuk pesanan kami dan aku menuju meja kosong tadi. Aku meletakkan tanganku diatas meja, kemudian menompang daguku dengan tangan. Kata Tasya kalau aku sedang seperti ini, pipiku rasanya mau tumpah saja.
"Dor....."
Aku tersentak kaget ketika seseorang dari arah belakangku berteriak tepat di telingaku. Daguku terkatuk meja dengan tidak elitnya, aku mengusap daguku pelan. Merah pasti ini daguku, duh....Bunda ini sakit, gigiku rasanya mau rontok.
"Ya ampun.... aku  ngagetin kamu ya?"
Pake nanya lagi kesalku dalam hati. Aku hanya diam saja tak menanggapi cowok berkacamata itu, tanganku sibuk mengusap daguku yang perih.
"Maaf ya... aku kira temenku"
"Sakit tau..." Lirihku
"Duh... aku harus gimana dong?"
Dia bertanya panik, tangannya menggantung di udara, sepertinya dia berniat mengusap daguku tapi dia juga ragu. Lagian kalau dia mau mengusap daguku, langsung aku lempar tuh tangan.
Aku hanya tersenyum, sepertinya memang dia tidak bermaksud seperti itu. Walau aku sudah tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa, dia terus saja berujar panik.
"Udah tenang aja, ini cuman merah ko, nanti juga ilang sendiri"