Bekerja adalah kewajiban bagi setiap orang, terutamanya laki-laki, seperti saya sendiri Fathir dirgantara, saat ini saya menjadi salah satu pegawai di perusahaan swasta yang berkecimpung di bidang konveksi. Saya senang dengan pekerjaan saya, tidak pernah sekali pun ada rasa capek atau lelah selama saya bekerja apalagi ditambah teman dan keluarga yang selalu menyemangati tiap langkah yang saya lalui.Â
Tapi apakah akan selalu seperti itu? Apakah hidup akan selalu seperti itu? Tidak. Perkataan tempo hari teman saya yang bilang kalau Tuhan tidak menciptakan kita untuk cari duit terus mati, itu terus mempengaruhi pikiran saya setiap saat. Sampai akhirnya
"Jo tentang perkataan kau tempo hari ada benarnya juga, aku ikut"
Iya Jody dwi Saca, dia itu temenku dari zaman SMA, beruntungnya kita sekarang bisa satu kerja bareng. Tempo hari itu dia mengajakku untuk liburan, namun aku menolaknya dengan keras, karena aku pikir buat apa kita pergi bersenang-senang tetapi kewajiban kita tinggalkan. Mendengar itu keluar lah kalimat yang selama ini menghantui otakku.
" Ok kalau gitu aku atur jadwalnya ya"
Setelah beberapa perdebatan yang panjang akhirnya kita putuskan untuk pergi ke Labuan Bajo, kita akan disana sekitar 3 hari diatas kapal pinisi kayunya yang terkenal seantero Indonesia. Dan kita juga memutuskan untuk pergi kesana menggunakan pesawat, ya itung-itung ngirit waktu lah.
Liburan ini sekaligus menjadi liburan terjauh yang pernah aku lalui, sepanjang perjalanan diatas awan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta ke Bandara Komodo aku masih tetap saja memikirkan tentang kewajiban sebagai seorang pekerja.
" Tir udah gausah dipikirin, santai aja"
Dia Adnan teman kantorku yang menemani aku dan Jody berlibur. Jadi liburan kali ini kami berangkat bertiga plus ditambah saudara dari Jody asal Semarang yang nantinya akan menyusul kami, atau kami yang menyusul dia?
04.30 kami sampai di Bandara Komodo, perjalanan selama 4,5 jam sangatlah tidak terasa. Dan benar saja saat sampai disana sudah ada seorang wanita cantik dengan rambut hitam lurus sepunggung, saya cukup kagum melihatnya, karena walaupun saya tau dia lelah, tetapi wajahnya sama sekali tidak mencerminkan bahwa dia lelah, malah sebaliknya, wajahnya yang cantik tetap memancarkan semangat pada kami, terutama padaku.
"Hi aku Kiara "
" Fathir"
Setelah itu kami memutuskan untuk pergi ke hotel untuk sekedar memulihkan kondisi kami yang sedang jet lag. Tak henti hentinya di hotel aku memikirkan betapa indahnya ciptaan Tuhan yang sekarang ini sedang ada di dekatku.
Adnan dan Jody bisa beristirahat tetapi aku sendiri tidak terbiasa tidur di waktu subuh sampai siang, akhirnya aku memutuskan keluar ya untuk sekedar melihat sekitar karena rencananya hari ini kami hanya akan beristirahat dan bermalas-malasan.
    "  Ki mau kemana"
    " Mau jalan-jalan aja keluar bosen soalnya di
     kamar terus"
    " Mau aku temenin?"
Kiara hanya membalas dengan anggukan yang menandakan bahwa dia setuju, ya kebetulan sekali Kiara saat itu mempunya niat yang sama denganku. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari cafe ya sekedar menghabiskan waktu sambil menikmati Lombok. Pilihan kami jatuh ke cafe di daerah , cafe yang bernuansa alam ini sangat indah dan nyaman sekali untuk sebuah pasangan, yang sayangnya aku dan Kiara bukanlah sebuah pasangan.
Kita berbicara banyak soal kehidupan kita masing-masing di dalam cafe. Dari situlah aku tau kalau Kiara ini sebenarnya anak yatim, dahulu ia tinggal di rumah pamannya, iya pamannya itu adalah bapaknya Jody.Â
Setalah beranjak dewasa Kiara tidak mau lagi merepotkan orang lain, akhirnya ia memutuskan untuk mencari kerja sampai akhirnya diterima di salah satu BUMN yang ada di Semarang. Dari perbincangan santai ini juga akhirnya aku tau apa yang disuka dan tidak disuka oleh Kiara, termasuk hobinya yang suka menyelam, yang menjadi salah satu alasan mengapa ia ikut dengan kami untuk liburan ini. Tak terasa sudah hampir 3 jam kami berdiam di cafe ini.
 " Kita pergi cari sunset yu dari yang aku lihat di Instagram, Lombok tuh sunsetnya bagus-bagus"
 " Tapi sekarang masih jam 2"
 " Ya gapapa kita nunggu aja disana"
 " Yaudah iya"
Selanjutnya kita memutuskan untuk pergi ke yang merupakan salah satu tempat terbaik untuk melihat sunset. Ya karena jarak dari cafe tadi ke tempat sunset hanya sekitar 20 km dan jalanan Lombok yang tidak macet akhirnya saat sampai di tempat melihat sunset, langit masih cerah seperti biasanya dan belum ada tanda tanda akan meredup. Dan seperti rencana kami, kami akan menunggu sampai sunset itu datang
 "Ki kenapa sih kamu ngajak aku liat sunset?"
 " Ya karena ga ada yang bisa aku ajak lagi, masa ajak Jody yang lagi tidur"
 " Ya maksudnya kenapa harus sunset?"
 " Karena aku suka itu dan aku gatau alesannya kenapa"
  "Masa kamu suka tapi gatau alesannya apa"
  " Ya mau gimana?"
Setelah penantian yang terbilang panjang akhirnya sunset itu datang, sunset terindah yang pernah dilihat oleh diriku sendiri ditemani dengan orang terindah yang saat ini ada di sampingku.
 "Indha ya ki, kaya kamu"
 " Kaya aku apa?"
 " Oh ngga ngga "
Ah salah ngomong lagi hadeh
Langit sudah mulai menghitam, matahari sudah tidak terlihat karena sudah terhalang bulan, dan awan sudah tidak bisa lagi memperlihatkan bentuk indahnya. Itu menjadi tanda bahwa hari yang sangat bahagia ini harus berakhir, kami kembali ke hotel untuk beristirahat akan hari yang melelahkan nan menyenangkan ini.Â
Sepanjang jalan pulang kami tidak berbicara apa-apa, Kiara fokus dengan foto foto yang ia dapat tadi, oh iya salah satu hobi Kiara juga adalah fotografi, sedangkan aku sendiri sibuk dengan laptopku yang isinya pekerjaan yang aku tinggal, ya walaupun lagi liburan seenggaknya masih nyempetin waktu buat ngerjain tanggung jawab. Saat sampai di hotel pun masih tetap saja tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir kami, hingga di lorong kamar
   " Ki makasih ya buat hari ini"
   " Ah santai aja kali tir, eh kok muka kamu merah gitu sih?"
   " Ga gapapa kok aku emang suka gini kalo gugup"
   " Gugup ahahaha gugup kenapa, kata aku juga santai aja kali"
   " Yaudah aku masuk dulu ya byee"
   " Ok bye"
Kiara melihat sebuah benda jatuh di bawah yang ternyata itu adalah miliknya Fathir, saat akan memanggil kembali Fathir ternyata dia sudah tidak ada, dan dia putuskan akan diberikan kepadanya besok.
Saya sudah sampai di kamar, ya kamarnya berisi 3 orang, selain untuk menghemat biaya, Â Adnan juga beralasan tidak mau tidur sendiri, ga seru katanya, makanya kami pesan kamar satu kamar untuk 3 orang untungnya ada di hotel ini.
********
Langit sudah kembali memancarkan sinarnya, awan sudah kembali memperlihatkan bentuk indahnya, dan kami juga sudah siap dengan semangat yang sangat membara.
Pagi pukul 08.13 kami berangkat naik mobil menuju ke pelabuhan untuk melakukan tujuan utama kami, ya berlibur 3 hari di kapal pinisi yang terkenal itu. Perjalanan sekitar 3 jam dari hotel kami, sepanjang perjalanan kami berbincang sambil mendengarkan playlist lagi dari Kiara yang ternyata hampir sama dengan playlist laguku.
  Do you hear me
  I'm talking to you
  Across the water across the deep blue
  Ocean under the open sky
  Oh my
  Baby i'm trying
 Â
Tak terasa perjalanan kami sudah sampai, sekarang kami sudah berada di pelabuhan. Setelah registrasi kami mulai menaiki kapal pinisi yang akan berangkat sekitar 30 menit lagi. Kami sangat takjub dengan apa yang ada di dalam kapal itu.Â
Fasilitas seperti TV, AC, kulkas bahkan mesin cuci sekali pun ada di dalam kapal tersebut. Bukan hanya itu kamar tidur dan kamar mandi pun hampir sama dengan hotel yang sebelumnya kami singgahi, benar-benar membuat takjub. Tapi di tengah ketakjuban kami itu tiba-tiba
 " Tir kok perasaan aku ga enak ya"
 " Ah kamu apaan sih orang biasa aja"
 " Eh ngga ini beda banget sumpah"
 " Kamu mabuk laut Ki?"
Pertanyaan dari Adnan yang disambut tawa dari kami bertiga
  " Ngga lah, aku udah sering naik yang begini, tapi aku ga pernah ngerasa se ga enak gini"
   " Udah Ki santai aja kan ada kita disini, ada crew juga jadi udah pasti aman"
   " Yaudah deh iya"
Perjalanan pun dimulai, dihari pertama kita di kapal itu, nahkoda membawa kita ke salah satu pantai terindah yang ada di Indonesia, pink beach, pantai yang memang terkenal karena warna dari pasir pantainya yang benar-benar pink.Â
Selain pantainya yang indah, biota laut di sekitaran pink juga sangat indah, melimpahnya ikan, terumbu karang yang cantik, what a great combination pokoknya. Banyak diantara kami yang melakukan snorkeling atau bahkan free dive untuk yang sudah jago jago. Ada juga yang bermain pinknya pasir pantai atau ada juga yang hanya berfoto bersama.
Pink beach merupakan destinasi pertama yang hebat dan mengagumkan menurut saya sendiri, ya liburan dengan orang tersayang memang menjadi kesan tersendiri bagi setiap orang, termasuk saya yang sekarang saya mencintai Kiara, seorang wanita yang baru saya temui kemarin lusa.Â
Mungkin ini yang dinamakan cinta pandangan pertama? Saya rasa tidak karena saat pandangan pertama saya hanya kagum dan terpana dengan dia, tetapi setelah mendengarkan tentang segala keluh kesah hidupnya, segala suka duka hidupnya, rasa kagum itu sudah berubah menjadi cinta sekarang.
Malam harinya Kiara duduk terdiam di bagian paling depan kapal sambil memandang lautan, saya menghampirinya dan dia berkata kalau perasaan tidak enaknya kemarin itu masih melekat sampai sekarang dan ia tidak tahu kenapa, saya hanya bisa menenangkan dia dan memberi alasan sebaik mungkin agar dia percaya kalau ini semua akan baik-baik saja, akhirnya dia meminta saya untuk menemaninya ke kamarnya.
***********
Hari kedua diatas kapal pinisi, hari yang sangat membahagiakan bagi saya sendiri yang sekarang berpikir oh kenapa saya tidak melakukan ini dari dulu? Kenapa baru melakukan ini sekarang? Ini sangat menyenangkan, berlibur tetapi tidak meninggalkan tanggung jawab kita sendiri.Â
Tujuan kita hari ini adalah ke pulau komodo, siapa sih yang gatau di dunia ini pulau komodo? Â ya pulau komodo yang termasuk ke dalam warisan budaya UNESCO ini terkenal banget seantero dunia, dan kali ini kami dapet kesempatan buat datang kesana.
Sampai disana ada sedikit kejadian aneh, satu dari sekian banyak komodo disitu terus saja melihat ke arah Kiara
  " Ki komodo itu kok ngeliat kamu terus ya" tanya Jody
  " Ya gatau aku juga kenapa kaya gitu "
  " Demen kali sama kamu dia hahahaha"
  " Ish diem ah perasaan aku makin gaenak ini"
  " Eh udah dikasih tau juga santai aja kan ada kita-kita nih"
  "Hmm"
Kiara sekarang duduk di kursi kayu yang ada di dekat pos, aku berinisiatif untuk menghampirinya karena aku tau sedang ada masalah dalam dirinya. Aku tanya sekali dia tidak menjawab, aku tanya dua kali dia tidak menjawab, aku tanya tiga kali masih sama dia tidak menjawab, sampai akhirnya aku mengerti kalau dia butuh waktu untuk sendiri saat ini.
Trip di pulau komodo pun selesai sore ini, pengalaman baru buat aku tapi yang bikin aneh si Kiara dari tadi duduk di kursi sampai sekarang di kapal dia ga ngeluarin sepatah kata pun, kamu ditanya dia cuma ngangguk doang, Jody yang keluarganya juga gatau apa yang terjadi sama Kiara.
************
Labuan Bajo terkenal karena lautnya yang tenang, langitnya yang menawan dan bintang-bintang yang selalu memancarkan sinarnya kemana pun kami pergi, itulah kenapa kami berani ambil trip naik kapal  ini karena laut disini tenang, ancamannya sedikit.
Pukul 22.00 kapal berhenti, aku tidak kaget karena memang pada pukul segitu kapal berhenti untuk beristirahat, orang-orang sudah kembali pada mimpinya masing-masing, tetapi aku sendiri tidak bisa tidur karena memikirkan sikap Kiara tadi siang. Aku duduk saja di atas kapal sendiri sambil menatap bintang hingga kehadiran Kiara tidak aku sadari
  " Tir"
  "Eh Ki"
Hanya kata itu yang keluar dari mulutnya dan hal yang tak aku duga selanjutnya terjadi, Kiara menangis, dan ia menangis dalam pelukanku, ia meminta maaf, permintaan maaf tertulus yang pernah aku rasakan, tapi aku rasa dia tidak salah apa-apa karena kejadian siang tadi ya semua wanita atau pun pria bisa seperti itu jika ada masalah dalam dirinya.
Kiara pun duduk di sampingku dengan kepalanya yang menyender di bahuku. Untuk sesaat aku gugup saat Kiara dengan sendirinya menempelkan kepalanya di bahuku, tapi aku sadar Kiara ini sedang butuh teman. Kami sama sama memandang ribuan bintang di atas langit Labuan Bajo malam itu. Sampai tiba tiba Kiara memindahkan kepalanya dari bahuku dengan cepat
   " Kapal ini aneh"
   " Aneh? Aneh kenapa? Perasaan biasa aja"
   " Lautnya, kamu rasain lautnya, laut Labuan Bajo itu lautan tenang, dan laut kita sekarang ini sedang tidak tenang "
    Ah aku sendiri agak tidak percaya dengan apa yang di bilang oleh Kiara, mana mungkin laut yang tenang bisa berubah secepat ini.
    " Tir bangunin yang lain"
    " Buat apa?"
    " Cepet bangunin!!"
Aku secepatnya pergi ke kamar untuk membangunkan Jody dan Adnan, belum sampai kamar akhirnya aku merasakan apa yang dirasakan Kiara. Bukan lautnya saja sekarang yang tidak tenang, tapi kapal juga bergerak kesana kemari. Dan akhirnya aku tau bahwa ada gempa di sekitar sini.Â
Sirine bahaya berbunyi di dalam kapal, crew kapal segera mempersiapkan sekoci dan pelampung untuk jaga-jaga sedangkan nahkoda sedang sibuk untuk membawa kapal ke tempat lebih aman, aku sendiri memutuskan untuk tetap membangunkan temanku selagi masih ada waktu
 " Jod, Nan bangun woi"
 " Ah apa sih" balas Adnan
 " Lah ini kenapa kok gerak gerak kek gini" kaget Jody
 " Udah ayo cepetan ikut aku"
  Di tengah kami berlari Jody bertanya dimana Kiara, ah iya aku lupa sama Kiara
 " Kalian duluan aja, aku bakal cari Kiara"
Aku berlari secepat mungkin ke arah terakhir aku dan Kiara bertemu. Sampai disana aku kaget, posisi Kiara tidak berubah sedari tadi. Ia tetap saja berdiri dan memandang langit malam
  " Ki ayo kita pergi"
  " Pergi kemana? Ga ada tempat buat kita berlindung, alam udah marah sekarang, ga ada yang bisa kita lakuin"
  " Masih banyak hal yang bisa kita lakuin, masih banyak yang pengen aku lakuin sama kamu Ki"
   " Maksud kamu?"
   " Aku sayang sama kamu Ki"
Kiara hanya diam saja mendengar itu, karena aku nilai sudah semakin berbahaya, aku berinisiatif menarik tangan Kiara dan mengajaknya pergi. Kami berlari secepat mungkin menuju ke tempat aman yang diarahkan oleh nahkoda kapal. Sesampai di lorong kapal, air sudah masuk dan sudah setinggi dada kami. Mau tidak mau kami harus berenang
  " Ayo Ki kita bisa"
Semangatku pada Kiara sambil aku tetap memegang erat tangannya. Air sudah semakin tinggi dan kami masih terjebak di dalamnya. Aku yakin kami bisa melalui ini, yang perlu kami lakukan hanya harus membuka pintu di ujung lorong untuk selanjutnya naik ke tempat aman. Masih terlihat senyumnya Kiara di dalam air itu olehku.Â
Tak sedikit pun ekspresi takut dari dirinya. Kami sampai ke pintu tapi alangkah terkejutnya kami karena pintu tersebut macet, dengan sekuat tenaga aku mencoba mendobrak pintu tersebut menggunakan kakiku. Tapi sekeras yang aku bisa tetap saja pintu tersebut tidak mau membuka. Tak lama terdengar suara retakan kayu, aku cukup takut mendengarnya tapi Kiara masih tetap saja menyemangati ku dengan senyumnya, aku pun kembali semangat.Â
Setelah itu apa yang aku takutkan terjadi, kayu kayu yang melapisi kapal sudah terlempar kemana-mana. Dan salah satunya menghantam kepala Kiara yang sontak membuatnya kesakitan di dalam air.  Darah segar mengalir dari belakang kepalanya, aku cukup prihatin melihatnya, aku berkata  kepadanya agar tetap kuat, ini tak akan lama.Â
Sambil memegangi kepalanya Kiara tetap berenang walaupun darah masih terus mengalir, setelah perjuangan yang panjang kami berhasil ke tempat aman, aku sangat bahagia kala itu, Kiara pun sama tersenyum dengan wajah bahagia nan pucat, tak lama setelah itu Kiara pingsan
   " Ki Ki Ki"
Tidak ada sedikit pun respon darinya, aku memanggil medis untuk mengecek kondisinya, setelah mengecek medis hanya menggelengkan kepalanya kepadaku yang berarti sudah tidak ada. Aku menangis saat itu dan menyalahkan diriku sendiri karena tidak bisa menjaganya, seorang wanita yang aku cintai, seorang wanita yang baru saja memberi warna dalam hidupku, kini harus pergi untuk selamanya.
Pada akhirnya apa yang kita rencanakan tidak akan selalu searah dengan apa yang kita jalankan. Itu lah nikmatnya perjuangan, gagal gagal lalu berhasil atau bahkan gagal seterusnya. Sampai akhirnya kita sadar kalau manusia itu cuma perencana, bukan pencetak hasil akhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H