Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Andaikata Pilpres 2019 Seperti Pertandingan Naomi Osaka-Serena Williams

11 September 2018   20:00 Diperbarui: 12 September 2018   09:33 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(theundefeated.com)

Suasana riuh rendah dengan tensi panas itu makin menjadi-jadi setelah ditunggangi kepentingan politik.  Para elite sadar betul bahwa massa adalah tangga yang penting untuk menggapai kekuasaan. 

Mereka lalu memainkan alat (memainkan isu) untuk merangsang emosi publik demi syahwat politiknya. Dan masyarakat di Indonesia yang umumnya tidak memahami permainan politik para elit, bersikap seperti jangkrik aduan: mudah marah bila dikilik.  

Para elit seperti dirigen dalam orkestra. Gerakan tangan (mulutnya) akan diikuti oleh masyarakat. Rakyat yang kadang hanya dapat bungkusan sembako sekali dalam lima tahun, rela mempertaruhkan nyawa demi elite yang menjadi junjungannya.

Naomi Osaka dan Serena Williams adalah contoh yang samgat bagus untuk dipelajari, bahkan diterapkan dalam kontestasi politik di Indonesia, terutama dalam Pilpres 2019 yang degupnya sudah mulai terasa sekarang.

Seperti dalam pertandingan di Amerika Open 2018 yang mempertemukan Naomi Osaka dan Serena Williams, Pilpres di Indonesia akhirnya kembali mempertemukan dua pasang calon, dengan Calon Presiden yang sama.

Seperti dalam pertandingan antara Naomi Osaka dan Serena Williams, kedua pihak juga bekerja keras, adu strategi untuk memenangkan pertandingan. Supporter di luar lapangan berteriak, bahkan mengecam wasit yang mengeluarkan putusan yang dinilai tidak adil.

Pemain pun protes. Tetapi wasit tidak terpengaruh, baik oleh protes penonton maupun pemain. Wasit tetap tegas dan berpegang pada aturan. Ketegasan wasit itu pada akhirnya ditaati oleh pemain, walau pun tidak puas menerimanya.

Dalam Pilpres 2019 situasi panas pasti terjadi. Bahkan suasana panas sudah dirasakan, sementara tahapan Pilpres baru memasuki babak awal.

Perang urat syaraf sudah terjadi antara kedua kubu. Supporter juga sudah tidak sabar. Klaim-klaim bermunculan. Kinerja wasit juga mulai disorot. Pada tahap selanjutnya dipastikan suasana akan semakin memanas, terutama bila wasit tidak tegas dan berpijak pada subyektivitas.

Jika wasit tegas, bertindak sesuai aturan yang berlaku, tentu saja kedua kontestan tidak berani berbuat seenaknya. Kalau pun ada protes, wasit tinggal menunjukkan aturan mana yang dipakai dalam mengambil keputusan, sehingga kontestan memahami.

Akhir dari pertandingan adalah munculnya pemenang dan pihak yang kalah. Lagi-lagi, belajar dari pertandingan antara  Naomi Osaka dan Serena Williams, pemenang tidak menunjukkan eforia berlebihan yang menyakiti pihak yang kalah (menang tanpa ngasorake), sebaliknya pihak yang kalah juga bisa menerima kekalahannya, karena pertandingan sudah berjalan sesuai aturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun