Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Andaikata Pilpres 2019 Seperti Pertandingan Naomi Osaka-Serena Williams

11 September 2018   20:00 Diperbarui: 12 September 2018   09:33 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(theundefeated.com)

Media online menulis: Saat penyerahan trofi, Naomi malah minta maaf. Dia menangis hingga menutupi wajah dengan topi visornya. Saat itu, mayoritas isi stadion mencemooh Osaka. Sampai-sampai Serena mencoba menenangkan penonton.

Rupanya, perasaan Osaka campur aduk saat itu. Dia bahagia tak terkira berhasil meraih gelar juara tenis grand slam pertama sepanjang karier. Tapi, dia, secara pribadi, tak bisa menyangkal betapa Serena, yang dikalahkannya, adalah seorang petenis besar yang tengah mengejar sejarah.

"Pertanyaan saat itu membuat saya emosional. Karena, saya tahu, dia amat sangat menginginkan gelar juara grand slam ke-24, betulkan? Itu muncul di iklan dan di mana-mana," ujar Osaka dalam konferensi pers usai pertandingan seperti dikutip NZHerald.

"Saya tahu semua orang mengejek dia, dan saya menyesal ini harus berakhir seperti ini," ujar Osaka. "Saya hanya ingin berterima kasih kepada Anda yang menyaksikan pertandingan. Selalu menjadi mimpi saya untuk bermain melawan Serena di final AS Terbuka. Saya benar-benar bersyukur dapat bermain melawan Anda."

Dari kalimat yang disampaikannya, kesedihan Naomi bukanlah karena sikap penonton atau tangis bahagia karena kemenangan, tetapi sedih karena ia telah mengalahkan orang yang menginginkan gelar juara grand slam ke-24!

Ia menghormati Serena. Dia tahu telah menggagalkan ambisi idolanya dan membuat sang idola terluka. Sungguh tidak ada kesombongan dalam sikap Naomi. Inilah, apa yang disebut dalam filosofi Jawa, menang tanpa ngasorake" (menang tanpa merendahkan lawan).

Nilai-nilai Jepang

Apa yang diperlihatkan Naomi Osaka setelah mengalahkan Serena William adalah implementasi nilai-nilai Jepang yang sangat positif. Sikap hormat kepada orang lain. Tidak ada ekspresi kesombongan karena unggul dengan orang lain. 

Bagi orang Jepang, sikap merasa lebih baik, lebih unggul dari orang lain, adalah sikap tidak patut yang harus dijauhkan dalam perilaku sehari-hari.

Masyarakat Jepang itu sangat menghargai suatu hubungan baik dengan orang lain. Maka dari itu ada beberapa dasar penting dari budaya, kebiasaan, dan aturan masyarakat jepang yang perlu diajarkan, misalnya sopan santun, sikap menghormati orang lain, sikap rendah hati, dan tidak ragu dalam meminta maaf.

Ojogi (membungkuk) adalah sebuah keharusan ataupun sebuah kewajiban ketika menghormati orang lain. Tradisi ini yang sudah diajarkan kepada anak-anak sejak balita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun