Tapi apa boleh buat? Fayre kembali menepuk pundak Arsen dan berkata, " Itu yang depan rumahku, Sen." tunjuknya pada pagar kayu berwarna coklat dengan daun-daun yang menjuntai dari kisi-kisi pagar. Maka, mau tak mau Arsen menghentikan laju motornya dan Fayre pun turun dari belakang punggungnya.Â
"Terima kasih Arsen atas tumpangannya." Ucapnya sambil tersenyumÂ
"Sama sama, Fayre." Jawab Arsen dengan senyum tipisnya. Ah, cantik sekali! Apa boleh Arsen menyimpan satu senyuman itu hanya untuknya? Rasanya Arsen ingin egois saja, hanya kali ini saja Tuhan, Arsen mohon.Â
"Bilang terima kasih juga sama Himawan." Arsen kembali berucap.
"Hah? Himawan siapa?" Fayre bingung sambil celingak celinguk mencari si Himawan yang Arsen maksud.Â
"Ini Himawan," Tunjuk Arsen pada motor yang sedang dinaikinya.Â
"Oooh ini namanya Himawan?" Arsen mengangguk mengiyakan.
"Lucu banget ada namanya. Terima kasih, Himawan."Katanya dengan tertaawa kecil. Walau aneh, namun Fayre tetap berterima kasih. Belum pernah ada laki-laki yang menamai motornya seperti Arsen.Â
"Katanya sama-sama, senang banget bisa ditumpangi wanita cantik." Jelas Arsen penuh gelora.
Fayre kontan tertawa lepas sampai terlihat barisan giginya, "Hahaha bisa aja," Arsen yang melihatnya tak melepas senyumnya sedari tadi. Tuhan, seindah alam raya yang kau ciptakan, terima kasih sudah menghadirkan salah satunya di hadapanku saat ini.Â
"Kenapa dikasih nama Himawan, Sen?" Tanya Fayre menyudahi tawanya.Â