Entah apa pun itu, apa pun yang Fayre inginkan pasti akan Arsen lakukan. Jika ia meminta Arsen untuk memetik bunga Edelweis di puncak Semeru pasti akan Arsen lakukan, asal Fayre mendoakannya sampai ia kembali.Â
Namun setelah  sekian menit Arsen menunggu, suara wanita itu tak kunjung Arsen dengar. Saat Arsen menolehkan kepalanya, barulah terlihat gadis itu yang sedang diam berpikir. Jadi Arsen menunggunya seraya menarik resleting jakenya.Â
"Mau minta tolong apa, Fay?" Arsen kembali bertanya, masih menyaksikan Fayre yang seperti kebingungan merangkai kata.Â
"Eeeeummm tapi, beneran gapapa, Sen?" Tanyanya kembali memastikan.Â
"Gapapa Fay," Arsen kembali membagi senyumnya, karena senyumnya itu hanya bisa ia ukir ketika ia sedang bahagia saja.Â
Fayre bingung sebab ia tidak terlalu mengenali Arsen meski mereka dalam kelas yang sama selama satu setengah tahun ini. Namun, diantara pemilik ratusan motor yang sedang bersemayam disini, hanya Arsen yang ia kenal juga berada paling dekat dengannya. Hingga pada akhirnya, Fayre sampaikan keinginannya.Â
"Aplikasi ojek online gue gak bisa digunain, Sen. Boleh gak kalau gue pinjam hape lo untuk pesan ojek?" Fayre mengatupkan bibirnya setelah menyampaikan permintaan tolongnya. Sungguh ia merasa tak enak hati bila harus membuat repot Arsen, laki-laki yang suaranya hanya ia dengar bila sedang bertanya atau dipanggil.Â
Sebelum menjawab pertanyaan Fayre, Arsen tampak berpikir sejenak, "Mau pulang, Fay?"Â
"Eee.... iya, lo buru-buru ya, Sen?"Â
Kesempatan.
"Engga Fay, naik aja, gue anter." Titahnya dan dengan segera Arsen memakai helmnya yang sebenarnya untuk menutupi rekahan senyumnya yang kian melebar.Â