Mohon tunggu...
Matjhacoffee
Matjhacoffee Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

saya suka menulis berbagai hal yang penuh di otak saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Fayre

12 September 2024   22:19 Diperbarui: 12 September 2024   22:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Entah apa pun itu, apa pun yang Fayre inginkan pasti akan Arsen lakukan. Jika ia meminta Arsen untuk memetik bunga Edelweis di puncak Semeru pasti akan Arsen lakukan, asal Fayre mendoakannya sampai ia kembali. 

Namun setelah  sekian menit Arsen menunggu, suara wanita itu tak kunjung Arsen dengar. Saat Arsen menolehkan kepalanya, barulah terlihat gadis itu yang sedang diam berpikir. Jadi Arsen menunggunya seraya menarik resleting jakenya. 

"Mau minta tolong apa, Fay?" Arsen kembali bertanya, masih menyaksikan Fayre yang seperti kebingungan merangkai kata. 

"Eeeeummm tapi, beneran gapapa, Sen?" Tanyanya kembali memastikan. 

"Gapapa Fay," Arsen kembali membagi senyumnya, karena senyumnya itu hanya bisa ia ukir ketika ia sedang bahagia saja. 

Fayre bingung sebab ia tidak terlalu mengenali Arsen meski mereka dalam kelas yang sama selama satu setengah tahun ini. Namun, diantara pemilik ratusan motor yang sedang bersemayam disini, hanya Arsen yang ia kenal juga berada paling dekat dengannya. Hingga pada akhirnya, Fayre sampaikan keinginannya. 

"Aplikasi ojek online gue gak bisa digunain, Sen. Boleh gak kalau gue pinjam hape lo  untuk pesan ojek?" Fayre mengatupkan bibirnya setelah menyampaikan permintaan tolongnya. Sungguh ia merasa tak enak hati bila harus membuat repot Arsen, laki-laki yang suaranya hanya ia dengar bila sedang bertanya atau dipanggil. 

Sebelum menjawab pertanyaan Fayre, Arsen tampak berpikir sejenak, "Mau pulang, Fay?" 

"Eee.... iya, lo buru-buru ya, Sen?" 

Kesempatan.

"Engga Fay, naik aja, gue anter." Titahnya dan dengan segera Arsen memakai helmnya yang sebenarnya untuk menutupi rekahan senyumnya yang kian melebar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun