Meskipun demikian, pahami efek jangka panjang yang bakal diterima anak ketika dewasa. Terlebih, menilai dari sisi perkembangan otak, ada sisi negatif yang melampaui manfaat.
Sebelum memberikan smartphone ke tangan anak, tanyakan ke diri sendiri, karakter anak yang bagaimana yang kita ingin kita besarkan. Apakah anak yang pandai secara intelektual tapi lemah secara emosional?
Atau, anak yang cerdas mengelola emosi dan mampu menggunakan kepandaian untuk membantu sesama?
Pilihan ada di tangan orang tua. Time never goes back!. Ingat! kesempatan membesarkan anak datang hanya sekali, pilhan yang teoat menentukan kualitas anak di masa depan.
Jika membangun bisnis, kita bisa mengulangi lagi ketika gagal. Hal yang sama tidak berlaku sama pada mendidik anak. You do it right once, you make real good investment forever.
Pola asuh yang benar meninggalkan efek luar biasa pada anak. Cukup investasi sekali saja! Anggaplah kita sedang menanam sebuah pohon yang akan berbuah sangat manis dan memiliki harga jual yang tinggi, rawatlah pohon itu dengan siraman dan pupuk terbaik.
Apakah ini berarti kita tidak boleh sama sekali memberi smartphone kepada anak? kembali lagi pada tujuan awal, jenis anak yang bagaimana yang kita inginkan?
Tidak ada yang sempurna ketika berurusan dengan pola asuh. it's not about right or wrong, but what's better to do!.Â
Mendidik anak tidak mudah jika dilakukan sendiri. Harus ada kerjasama antara ayah dan ibu. Saling mendukung, memberi waktu, membersamai, sepakat dengan aturan yang sama dan konsep pegasuhan yang berdiri di atas visi yang sama.
Inilah yang paling sulit dilakukan. Keluarga tanpa visi akan berjalan sendiri-sendiri. Seorang ayah harus menjadi nahkoda yang baik, desertai ilmu yag cukup dan kebijaksaan dalam mengambil keputusan.
Begitu pula ibu, jadilah seorang asisten yang baik. Percayalah pada nahkoda, ikuti aturan yang sudah disepakati, jalankan dan terapkan konsep yang sudah dibuat bersama.