Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Cognitive Overload, Terganggunya Fungsi Kognitif Anak akibat Smartphone

24 November 2022   13:22 Diperbarui: 24 November 2022   13:37 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun demikian, pahami efek jangka panjang yang bakal diterima anak ketika dewasa. Terlebih, menilai dari sisi perkembangan otak, ada sisi negatif yang melampaui manfaat.

Sebelum memberikan smartphone ke tangan anak, tanyakan ke diri sendiri, karakter anak yang bagaimana yang kita ingin kita besarkan. Apakah anak yang pandai secara intelektual tapi lemah secara emosional?

Atau, anak yang cerdas mengelola emosi dan mampu menggunakan kepandaian untuk membantu sesama?

Pilihan ada di tangan orang tua. Time never goes back!. Ingat! kesempatan membesarkan anak datang hanya sekali, pilhan yang teoat menentukan kualitas anak di masa depan.

Jika membangun bisnis, kita bisa mengulangi lagi ketika gagal. Hal yang sama tidak berlaku sama pada mendidik anak. You do it right once, you make real good investment forever.

Pola asuh yang benar meninggalkan efek luar biasa pada anak. Cukup investasi sekali saja! Anggaplah kita sedang menanam sebuah pohon yang akan berbuah sangat manis dan memiliki harga jual yang tinggi, rawatlah pohon itu dengan siraman dan pupuk terbaik.

Apakah ini berarti kita tidak boleh sama sekali memberi smartphone kepada anak? kembali lagi pada tujuan awal, jenis anak yang bagaimana yang kita inginkan?

Tidak ada yang sempurna ketika berurusan dengan pola asuh. it's not about right or wrong, but what's better to do!. 

Mendidik anak tidak mudah jika dilakukan sendiri. Harus ada kerjasama antara ayah dan ibu. Saling mendukung, memberi waktu, membersamai, sepakat dengan aturan yang sama dan konsep pegasuhan yang berdiri di atas visi yang sama.

Inilah yang paling sulit dilakukan. Keluarga tanpa visi akan berjalan sendiri-sendiri. Seorang ayah harus menjadi nahkoda yang baik, desertai ilmu yag cukup dan kebijaksaan dalam mengambil keputusan.

Begitu pula ibu, jadilah seorang asisten yang baik. Percayalah pada nahkoda, ikuti aturan yang sudah disepakati, jalankan dan terapkan konsep yang sudah dibuat bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun