Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahadewi

17 Juni 2022   15:21 Diperbarui: 30 Juni 2022   12:14 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Tuhan, tidak, jangan lagi..... ," ia merapatkan selimut ke sekujur tubuhnya.

Dan terjadi kembali. Ibunya menendang-nendang daun pintu, membukanya dengan bantingan keras. Histeris wanita  itu memukulinya. Ayahnya berusaha mencegah, tapi kesulitan. Mahadewi berlari ke arah kebun belakang rumahnya seraya menangis.

Di sudut kebun pepohonan, dua kakak perempuannya sudah bersembunyi sambil sesunggukan. Mereka bertiga ketakutan, memilih  bersembunyi dalam kelam.

"Aku sengsara gara-gara kamu semua ...Aku tidak pernah bahagia  karena menjadi  babu bagi kalian semuaaaa.!!!  Penderitaanku  gara-gara bapak kalian ..... Jangan sembunyiiiii, keluar sini...." Wanita bertubuh kekar itu membawa sapu lidi. Sapu lidi yang biasa ia gunakan  jika memarahi anak-anaknya. Sapu lidi yang biasa menyiksa tubuh Mahadewi, jika ibunya baru saja bertengkar dengan ayahnya. Entah apa tema pertengkaran malam itu.

Lantas kemana ayahnya?

Ayahnya jika sudah bertengkar ,  kurang melindungi Mahadewi. Dan juga kakak-kakaknya.

Tidak lama kemudian terdengar suara deru mobil.

"Oooh....tidaaaak, ayah kita pergi .... Membiarkan kita di sini," tiga gadis itu menangis sesunggukan penuh ketakutan.

Ibunya kurang menyukai anak perempuan. Entah kenapa ia begitu kasar . Ayahnya  seperti biasa, jika sudah bertengkar dengan ibunya, cari aman saja. Sang ayah akan meninggalkan ibunya yang marah-marah dan histeris tanpa penyelesaian apapun.

"Ayah pengecut, pasti dia ke rumah nenek," kakak perempuan Mahadewi berbisik. Ibunya masih menjerit-jerit sambil membanting- banting barang. Kursi dan meja dijungkir balikkan. Dan esok di pagi hari, mereka bertiga sudah harus siap di setrap.

Berdiri diam  , siap dipukuli. Kemudian diharuskan membereskan rumah, menyapu, mengepel, sebelum  berangkat sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun