Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wajah Seram dalam Angkot

29 Juni 2015   07:08 Diperbarui: 29 Juni 2015   08:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 “Tapi bu,  maaf, mungkin ibu salah pakai sendal,  kenapa yang kiri dan kanan berbeda? “ ucapan itu  membuat Diandra tersadar dan tergelak.

 “Aduh, terimakasih pak Satpam. Untung dikasih tahu…..Malu-maluin ., tadi saya terburu-buru  ,jadi tidak lihat lagi. …….”  Diandra tertawa  menyadari rupanya dua lelaki yang terus mengamatinya tadi di angkot,  dan menahan tawa, karena ia menggunakan dua sendal yang berbeda.

 Dan  lebih dikejutkan lagi ketika  lelaki lain yang tadi diam dan duduk di sudut , ternyata adalah salah satu guru  di sekolah tersebut. Diandra memang jarang ke sekolah dan tak mengenal semua guru . Wah, Diandra salah sangka, dia pikir  guru tadi anggota komplotan lelaki seram yang bertanya kepadanya.

 Akhirnya Diandra mampir ke warung sekolah , membeli sepasang sendal  jepit untuk perjalanan pulang.  Sambil menahan geli dan tawa sepanjang perjalanan dari  arah kota ke pinggiran Bandung.

 Beberapa bulan kemudian,  Diandra  dapat kejutan baru.

Ibu Dina tetangganya mengadakan syukuran anaknya lulus sarjana . Dan memperkenalkan bahwa   salah satu tamunya adalah dosen pembimbing anaknya di sebuah PTN, sekaligus juga  calon mertua anaknya, alias calon besan Ibu Dina.

Dosen itu ternyata …, dialah  lelaki seram di dalam angkot  yang Diandra curigai habis-habisan sebagai penjahat.

“Calon besan saya ini  pecinta lingkungan,  kalau kemana-mana sendirian lebih suka pakai sepeda, jalan kaki, atau naik angkutan umum….. “ , Low Profile memang…. Dan tampak wajah  lelaki itu menahan tawa  saat diperkenalkan kepada Diandra.

Gleg, Diandra malu berat, lain kali harus lebih peka membedakan wajah seram  luarnya saja, dengan  wajah tidak seram yang ternyata sebetulnya penipu dan penjahat dalam angkot…..

“Makanya lain kali kalau naik angkot konsentrasi, jangan ngelamunin terus keburukan orang,  mungkin gara-gara ngedumel dalam hati  saking kesalnya kepada  Ibunya  Girka, mengomeli segala sesuatu dengan gerutuan ...... dalam hati..... jadi  tidak connect dan  berpikirnya amburadul……, malah jadi salah sangka ke orang,…. Maluuuuu,”  Diandra menasehati diri sendiri, dalam batin saja.

 (Lalu menertawakan diri sendiri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun