“Tapi bu, maaf, mungkin ibu salah pakai sendal, kenapa yang kiri dan kanan berbeda? “ ucapan itu membuat Diandra tersadar dan tergelak.
“Aduh, terimakasih pak Satpam. Untung dikasih tahu…..Malu-maluin ., tadi saya terburu-buru ,jadi tidak lihat lagi. …….” Diandra tertawa menyadari rupanya dua lelaki yang terus mengamatinya tadi di angkot, dan menahan tawa, karena ia menggunakan dua sendal yang berbeda.
Dan lebih dikejutkan lagi ketika lelaki lain yang tadi diam dan duduk di sudut , ternyata adalah salah satu guru di sekolah tersebut. Diandra memang jarang ke sekolah dan tak mengenal semua guru . Wah, Diandra salah sangka, dia pikir guru tadi anggota komplotan lelaki seram yang bertanya kepadanya.
Akhirnya Diandra mampir ke warung sekolah , membeli sepasang sendal jepit untuk perjalanan pulang. Sambil menahan geli dan tawa sepanjang perjalanan dari arah kota ke pinggiran Bandung.
Beberapa bulan kemudian, Diandra dapat kejutan baru.
Ibu Dina tetangganya mengadakan syukuran anaknya lulus sarjana . Dan memperkenalkan bahwa salah satu tamunya adalah dosen pembimbing anaknya di sebuah PTN, sekaligus juga calon mertua anaknya, alias calon besan Ibu Dina.
Dosen itu ternyata …, dialah lelaki seram di dalam angkot yang Diandra curigai habis-habisan sebagai penjahat.
“Calon besan saya ini pecinta lingkungan, kalau kemana-mana sendirian lebih suka pakai sepeda, jalan kaki, atau naik angkutan umum….. “ , Low Profile memang…. Dan tampak wajah lelaki itu menahan tawa saat diperkenalkan kepada Diandra.
Gleg, Diandra malu berat, lain kali harus lebih peka membedakan wajah seram luarnya saja, dengan wajah tidak seram yang ternyata sebetulnya penipu dan penjahat dalam angkot…..
“Makanya lain kali kalau naik angkot konsentrasi, jangan ngelamunin terus keburukan orang, mungkin gara-gara ngedumel dalam hati saking kesalnya kepada Ibunya Girka, mengomeli segala sesuatu dengan gerutuan ...... dalam hati..... jadi tidak connect dan berpikirnya amburadul……, malah jadi salah sangka ke orang,…. Maluuuuu,” Diandra menasehati diri sendiri, dalam batin saja.
(Lalu menertawakan diri sendiri).