Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wajah Seram dalam Angkot

29 Juni 2015   07:08 Diperbarui: 29 Juni 2015   08:34 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berhenti di tengah jalan menurunkan atau menaikan penumpang kerap dilakukan angkot. Bercokol di tikungan jalan  , itu juga biasa.  Perilaku supir sudah  biasa  mengepul-ngepulkan asap rokok seenaknya . Tak peduli penumpangnya terbatuk. Begitulah supir angkot. Jika angkot kosong mengetem berlama-lama biar penumpangnya sudah telat masuk kantor atau sekolah .

Jika  sudah jalan ugal-ugalan, seolah tak mempedulikan keselamatan penumpangnya. Angkot mengesalkan, tapi apa boleh buat, sebagai penumpang yang tak punya motor apalagi mobil, Diandra harus mengurut dada, karena angkotlah yang membawa anaknya pergi dan pulang sekolah. Membawanya ke dokter , ke pasar, atau mudik ke rumah ibunya di  kabupaten Bandung. Angkot pulalah yang membawa suaminya pergi mencari nafkah ke kantor.

Begitulah, kadang Diandra  trenyuh dengan nasib supir angkot yang  sudahlah  bersimbah keringat  , masih harus mengucurkan  lembaran uang bagi ara preman di jalanan. Tapi kadang juga mmebuatnya gusar. Supir angkot juga pernah  membuat Diandra beringas.

Ketika ia baru pulang menjemput Rathu , melewati jalur kereta api jalan Kiaracondong (Ibrahim Adjie),  sang supir nekad menerobos pintu kereta. Tak tahunya maju kena mundur kena,  di depan jalan macet,  mundur juga jalan macet.

Diandra mengajak Rathu  lari turun menyelematkan diri,. Angkot  bersupir kasar itu hampir-hampir saja diserempet kereta dan petugas  pintu kereta habis-habisan memarahi sang supir.

 Tiba-tiba angkot mampir dulu  di pom bensin. Diandra  terhenyak waktu lelaki di hadapannya itu  mengeluarkan ponsel.

“Maaf Pak, di pom bensin dilarang menyalakan ponsel..”  Diandra menegur.

“Oh, maaf, ………………, sebenarnya saya cuma…” lelaki seram itu menjawab dengan menyeringai menahan tawa..

 “Pak, itu di tembok dengan  pompa bensinnya, ada gambar ponsel  yang diberi garis  miring merah,  artinya dilarang menyalakan ponsel. Ada gambar kamera diberi garis miring merah, artinya juga dilarang meyalakan kamera digital. Itu gambar rokok dikasih garis miring merah, juga  artinya dilarang merokok. Lihat sendiri kan , pak supir memadamkan rokoknya……,” Diandra menjelaskan.

“Oh ,maaf  bu…,saya cuma mau matikan saja kok, bukan mau pakai ponsel…” lalu lelaki seram itu memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun