Berhenti di tengah jalan menurunkan atau menaikan penumpang kerap dilakukan angkot. Bercokol di tikungan jalan , itu juga biasa. Perilaku supir sudah biasa mengepul-ngepulkan asap rokok seenaknya . Tak peduli penumpangnya terbatuk. Begitulah supir angkot. Jika angkot kosong mengetem berlama-lama biar penumpangnya sudah telat masuk kantor atau sekolah .
Jika sudah jalan ugal-ugalan, seolah tak mempedulikan keselamatan penumpangnya. Angkot mengesalkan, tapi apa boleh buat, sebagai penumpang yang tak punya motor apalagi mobil, Diandra harus mengurut dada, karena angkotlah yang membawa anaknya pergi dan pulang sekolah. Membawanya ke dokter , ke pasar, atau mudik ke rumah ibunya di kabupaten Bandung. Angkot pulalah yang membawa suaminya pergi mencari nafkah ke kantor.
Begitulah, kadang Diandra trenyuh dengan nasib supir angkot yang sudahlah bersimbah keringat , masih harus mengucurkan lembaran uang bagi ara preman di jalanan. Tapi kadang juga mmebuatnya gusar. Supir angkot juga pernah membuat Diandra beringas.
Ketika ia baru pulang menjemput Rathu , melewati jalur kereta api jalan Kiaracondong (Ibrahim Adjie), sang supir nekad menerobos pintu kereta. Tak tahunya maju kena mundur kena, di depan jalan macet, mundur juga jalan macet.
Diandra mengajak Rathu lari turun menyelematkan diri,. Angkot bersupir kasar itu hampir-hampir saja diserempet kereta dan petugas pintu kereta habis-habisan memarahi sang supir.
Tiba-tiba angkot mampir dulu di pom bensin. Diandra terhenyak waktu lelaki di hadapannya itu mengeluarkan ponsel.
“Maaf Pak, di pom bensin dilarang menyalakan ponsel..” Diandra menegur.
“Oh, maaf, ………………, sebenarnya saya cuma…” lelaki seram itu menjawab dengan menyeringai menahan tawa..
“Pak, itu di tembok dengan pompa bensinnya, ada gambar ponsel yang diberi garis miring merah, artinya dilarang menyalakan ponsel. Ada gambar kamera diberi garis miring merah, artinya juga dilarang meyalakan kamera digital. Itu gambar rokok dikasih garis miring merah, juga artinya dilarang merokok. Lihat sendiri kan , pak supir memadamkan rokoknya……,” Diandra menjelaskan.
“Oh ,maaf bu…,saya cuma mau matikan saja kok, bukan mau pakai ponsel…” lalu lelaki seram itu memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya.