Aktivitas fisik berupa olahraga, kegiatan harian bahkan menari yang dilakukan secara rutin bermanfaat untuk mencegah arterosklerosis (timbunan lemak dalam pembuluh darah). Aktivitas fisik terutama aerobik atau gerak badan isotonic (berlari, jalan kaki, senam aerobik low impact dll), akan meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial derive (Kaplan dan Stamler cit. Ekawati, 2010).
Berkurangnya faktor relaxing faktor (EDRF), yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah. Aliran darah koroner dalam keadaan istirahat sekitar 200 ml per menit (empat persen dari total curah jantung). Penelitian di laboratorium menunjukkan, peningkatan aliran darah 4 ml per menit sudah mampu menghasilkan NO untuk merangsang perbaikan fungsi endotel (lapisan dinding) pembuluh darah. Oleh karena itu, aktivitas fisik sedang berupa senam atau jalan kaki yang meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per menit (naik 150 ml per menit) sudah lebih dari cukup untuk menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses atherosclerosis (Ekawati, 2010).
Semakin jarang orang beraktivitas maka peluang untuk terjadinya hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merupakan anggota rumah tangga dimana aktivitas fisik tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa secara teori, aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemulihan fisik, mental, dan kualitas hidup yang sehat bugar (Dirga cit. Zufri et al., 2012).
Selain itu sejumlah studi juga menunjukkan bahwa olahraga teratur, mengurangi beberapa faktor resiko terhadap penyakit jantung koroner termasuk hipertensi (Kusuma cit. Zufri et al., 2012).
Selain itu kemampuan aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik. Komponen aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara efisiensi kardiovaskuler, kelenturan, pengendalian berat badan, dan pengurangan stress (Ida cit. Zufri et al., 2012).
Orang yang tidak pernah melakukan olahraga menurut penelitian Ralph Paffenharger, Ph.D., punya risiko mendapat tekanan darah tinggi 35% lebih besar. Hasil penelitian lain menyimpulkan orang yang tidak pernah berlatih olahraga risikonya bahkan menjadi 1,5 kalinya. Penelitian dr. Duncan membuktikan, latihan atau olahraga seperti jalan kaki atau joging, yang dilakukan selama 16 minggu akan mengurangi kadar hormon norepinefrin (noradrenalin) dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan sistem saraf yang dapat menaikkan tekanan darah. Berat badan yang berlebih juga merupakan biang keladi tekanan darah tinggi karena orang yang kegemukan akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah, hormon, enzim, serta kurang melakukan aktivitas fisik dan makan berlebihan. Terlalu banyak lemak dalam tubuh dapat menyebabkan badan memerlukan lebih banyak oksigen. Jadi, jantung harus bekerja lebih keras (Selamiharja cit. Prasetyo, 2014)
Berat Badan.
Penyakit akibat kurang gerak ini bermacam-macam mulai dari obesitas, tekanan darah tinggi, kekakuan pembuluh darah, sakit punggung bagian bawah dan sebaainya. Banyak bergerak adalah cara yang sangat ampuh untuk mengatasi hal tersebut. Rutin berolahraga ataupun sekedar berjalan ke tempat yang akan dituju merupakan hal-hal yang dapat dilakukan (Mahendra, 2012).
Berjalan kaki selama 30-40 menit/hari pun dapat mengurangi berat badan. Hal ini dapat dipahami dari sistem energi dari olahraga jalan kaki selama 30-40 menit bersifat endurance sehingga dapat membakar kalori dan trigliserida dalam tubuh. Pada olahraga intensitas rendah (±25 VO max) dengan waktu durasi yang panjang seperti jalan kaki atau lari-lari kecil, pembakaran lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat dalam hal produksi energi tubuh. Bahkan dalam sebuah penelitian Brown University dan University of Pittsburgh menyebutkan bahwa perempuan yang berjalan kaki satu jam selama lima hari dalam satu mingu dan mengkonsumsi 1.500 kalori tiap hari, dapat mengurangi berat badan sebanyak 11,3 kilogram dalam setahun. Jadi dengan jalan kaki anda bisa menghindari obesitas yang sering memicu berbagai penyakit. (Bumgardner, 2009).
Konsentrasi.
Olahraga mampu meningkatkan sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Dengan begitu, nutrisi dan oksigen akan lancar masuk ke seluruh tubuh, juga otak. Ingat!, sepuluh detik saja otak kekurangan nutrisi dan oksigen, bisa dipastikan masnuis tersebut akan kehilangan kesadaran,. Jika hal tersebut dalam beberapa menit, maka otak akan rusak permanen. dr. Sophia B Hage, SpKO dari Sport Medicine Recident University of Indonesia mengatakan bahwa Otak merupakan pusat dari seluruh sistem tubuh. Jadi otak yang sehat akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental. Otak memiliki fungsi kognitif, seperti mengatur kegiatan, membuat fokus terhadap suatu kegiatan, dan berpikir. "Orang dewasa yang berusia 55-80 tahun dan berolahraga secara teratur memiliki kemampuan otak 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berolahraga (Maulana, 2014).