1.     Olahraga menyebabkan jantung memompa darah lebih intens ke seluruh tubuh. Pembuluh darah akan melebar selama dan sesudah berolahraga. Hal ini terlihat terutama pada permukaan kulit. Warna kulit kita akan bersemu merah, terutama pipi, sehingga terlihat cantik tanpa perona pipi. Pembuluh darah yang melebar ini menghantarkan oksigen dan nutrisi ke kulit sehingga kulit mendapatkan pasokan berbagai zat gizi dan zat perenovasi lebih banyak.
2.     Olahraga membuat mesin tubuh bertambah panas. Untuk menghindari kenaikan suhu yang ekstrem, badan akan mengeluarkan keringat untuk mendinginkan . pori-pori kulit lebih terbuka sehingga kemungkinan tersumbat dan terbentuknya komedo serta jerawat menjadi lebih kecil. Pembuangan tadikal bebas dan kotoran hasil metab olisme tubuh mengalir terbilas dengan baik lewat keringat.
3.     Olahraga memicu keluarnya hormon endofrin yang menyebabkan rasa senang dan bahagia sehingga mengurangi stres. Beberapa kondisi kulit yang terkait dengan stres eksem dan jerawat juga dialporkan berkurang pada beberapa penelitian. Selain itu, produksi hormon DHEA dan DHT juga ajan terkontrol sehingga mereduksi jumlah jerawat yang timbul
4.     Olahraga memicu terbentuknya kolagen yang berfungsi sebagai bahan pembentuk elastisitas kulit dan mempercepat regenerasi sel kulit yang selalu mati karena gesekan baju, paparan sinar matahari, ataupun polutan yang lain.
Hipertensi.
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri ( Amir, 2002 ).
Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan (Suhadak, 2010).
Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur (Dalimartha, 2008).
Penanganan hipertensi dapat ditangani secara farmakologis dan non farmakologis atau gabungan keduanya. Penanganan secara farmakologis yaitu dengan obat-obat anti hipertensi sedangkan secara non farmakologis yaitu dengan modifikasi gaya hidup. Pengobatan farmakologis akan lebih baik atau tidak akan ada artinya bila tidak ditunjang oleh pengobatan non farmakologis (Dekker, 1996). Salah satu penatalaksanaan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup adalah menurunkan stres dan olahraga teratur (Gray, et al, 2005; Joewono, 2003).
Aktivitas atau olahraga sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kurang aktivitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Andria, 2013).