Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Angsa!

7 November 2015   09:15 Diperbarui: 7 November 2015   13:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dan berkumpullah kami dari berbagai penjuru negeri, kemudian mendapatkan informasi dari membolak-balik materi sampai  berebut ikan teri. Duduk berhari-hari supaya ada yang mulai berisi. Namun sebelum semua dimulai, adalah akal untuk saling kenal saling sillaturrahmi. Supaya hilang apa yang ada di langit apa yang di bumi. Semua sama baik perempuan maupun laki-laki. Asal dipanggil nama harus berdiri, lalu antri. Entah dari mana tahu tahu semua senyum saling membaca hati. Ada yang besar ada yang kecil ada yang gemuk ada yang kurus ada yang pendek ada yang tinggi. Satu baris lalu dapat julukan. Ada yang berteriak keras gajah. Kemudian mereka tertawa, bangga.

Ada juga yang berteriak banteng. Salah  satu tangan terangkat ke atas sambil berteriak go banteng go, go banteng go. Ada lagi yang berteriak marah oh no. Wajah- wajah yang kecewa menghiasi mereka. Rupanya ada kertas yang terus menerus dibaca seakan tak percaya, kalau saja tidak mendengar mereka berdesis: semut. Oh Allah, itu rupanya. Ada gajah yang bangga, ada banteng yang gagah, ada semut yang sedih. Tiba-tiba kawan menggamit, berkumpul dan juga terdiam. Ada apa ? Kertas yang sudah dibuka, tidak dibaca tapi diserahkan dari tangan ke tangan, perlahan. Wow ada apa sebenarnya, begitu kertas sampai di tangan dan bisa dibaca baru tahu, ternyata tertulis angsa. 

Terdengar suara komando, lalu masing-masing duduk berkumpul. Gajah-gajah berkumpul gaduh. Banteng-banteng berkumpul bergemuruh. Semut-semut berkumpul sepi. Angsa-angsa berkumpul perih. Kulihat si tinggi besar, diam. Kulihat si tampan, termenung, kulihat si kecil termangu, kulihat yang lain, membisu. Tiba-tiba ada suara, kita harus pilih ketua, segera. Tidak ada reaksi dari angsa-angsa. Kawan-kawan kita diburu waktu, harus ada yang menjadi ketua, seru si kecil berwajah boros.

Ketika sempat terlihat emblemnya, oh dari kompetensi baris-berbaris. Tidak bisa diam melihat situasi beku. Akhirnya satu demi satu angsa-angsa estewe itu bersuara juga. Sudahlah bapak saja ketuanya. Angsa disampingnya juga ikutan setuju, bapak sajalah ketuanya. Kalau memang saudara-saudara angsa yang lain setuju, saya tidak keberatan menjadi ketua. Weleh-weleh angsa pendek kecil berwajah boros itu yang menjadi ketua ? OK, no problem. 

Bagaimana dengan jargon ? Jargon, apa pula itu dengan jargon ? Kita harus membuat jargon angsa. Banyak yang akan kita jalani dalam dua hari ke depan. Jargon itu harus dapat membuat kita bangga. Jargon itu harus membuat kita kompak. Jargon itu harus kita teriakan, supaya banyak yang tahu kalau kita ini, angsa, suaranya terdengar melemah. Semua diam, apa yang dapat dibanggakan dengan angsa. Apa yang dapat menjadikan kompak dengan angsa. Seberapa kuat angsa dapat berteriak, bandingkan dengan gajah, banteng dan semut wkwkwk. Memang semut bisa berteriak?

Mengapa angsa tidak bisa berteriak. Kwek kwek. Bukankah dulu ada yang terus menerus terdengar dan ditunggu kehadirannya ? Trio kwek kwek. Ya. Angsa bisa berteriak. Angsa bisa bikin bangga. Angsa bisa bikin kompak. Buktinya ? Trio kwek kwek, apalagi. Kayaknya harus mulai beraksi nih, masak tidak punya kontribusi. Ayo, mulai. Tapi angsa ?

Berangkat menuju suatu tempat, gajah-gajah berjalan santai, banteng-banteng apalagi, yakin kemenangan akan dipegang. Semut-semut rapi berbaris. Angsa, jangan prejudice dulu. Angsa-angsa berjalan penuh semangat. Kemarin akhirnya kuminta  angsa-angsa berteriak, begitu angsa pendek kecil muka boros si ketua, berteriak, angsa, yang lain membalas dengan teriakan kwek kwek sambil mengibaskan paruhnya. Begitu bergantian, ada yang berteriak Angsa, yang lain membalas, kwek kwek. Angsa, kwek, kwek. Senyumku melebar, melihat angsa-angsa bersemangat, bangga dan kompak. Tidak harus menjadi pemimpin suatu kelompok, berlapang dada, mengajak untuk berbuat baik, mengatasi solusi, tanoa emosi, membawa kelompok menuju sasaran kalau perlu dengan mimpi yang terkendali dan memasang target yang terukur, http://www.kompasiana.com/masjokomu/berbudi-bowo-leksono-bukan-adigang-adigung-adiguna-bukan-sopo-siro-sopo-ingsun_562ce2c4527a61400affd5fe 

Begitu angsa berjalan, untung ketua pendek muka boros itu setuju dan diamini angsa-angsa lain.

Ada petunjuk yang harus diikuti, ada kode yang harus dipecahkan, kadang harus pula berlai, nggak terbayang bagaimana semut-semut raksasa itu, berlari. Kalau gajah dan banteng tentu luar biasa. Angsa tetap mantap.

Sampailah pada halang rintang, ada jaring-jaring yang harus dilalui angsa-angsa, begitu juga dengan gajah, banteng dan tentu saja semut. Memperhatikan peluang besar badan, cara masuk jaring, mengenali tantangan dan halangan bagaimana dapat masuk semua angsa dengan selamat ke luar dari halang rintang jaring-jaring. Tidak boleh masuk lewat lobang jaring-jaring yang sudah digunakan oleh angsa lain. Problem besar. Ada angsa besar angsa tinggi, angsa kecil pendek, angsa betina dan tentu saja anngsa biasa-biasa saja, seperti aku. angsa tinggi besar berinisiatif, angsa yang biasa-biasa saja diminta mencari lubang yang mudah dilewati. Salah satu angsa besar diminta terlebih dulu masuk dengan tanpa pertolongan untuk berjaga-jaga di seberang membantu. Satu demi satu angsa masuk ke lobang jaring, ada yang digotong seperti angsa sakit lalu diterima angsa di seberang jaring, begitu berkali-kali. Angsa besar, angsa kecil yang kehabisan lubang jaring untuk lewat sendiri, tentu saja termasuk angsa betina. Nggak terbayang bagaimana romobongan gajah, banteng dan semut memasuki halangan dan rintangan ini. 

Kemudian ada lagi, jalan yang harus dilewati dengan meyeberang sungai kecil dengan jembatan tali dan tangan memegang tali di atas yang dapat meluncur. sungguh ancaman bagi angsa-angsa yang takut ketinggian, eh tentu bukan angsa takut air. Angsa manja saja yang takut air. Bukan waktunya bermanja-manja ini lomba. Komunikasi terjalin, saling menolong, saling membantu, membuat angsa-angsa makin mengenal satu sama lain. 

Tibalah di suatu lapangan besar. Angsa-angsa berteriak, angsa kwek-kwek, mantap. Namun kemudian terdengar lenguhan gajah, dengan bangganya menggerakkan belalainya ke atas, kemudian meneguk air kolam banyak-banyak. Gajah-gajah tidak tahan haus. Kalau ngamuk berbahaya nih, si gajah. Di tempat lain banteng sudah menunggu, kaki-kakinya seolah mencengkeram bumi, matanya melotot seakan mau melabrak apa pun yang menghalangi. Kumisnya dipilin-pilin seolah mengejek, mana kalian bisa menang melawan banteng. Semut-semut tidak ketinggalan bernyanyi rapi. Badannya kompak bergoyang ke kanan ke kiri, seolah pengin bileng jangan remehkan kami. Waktu makan siang pun membuat kami saling bertegur sapa, sambil menanti apa yang akan terjadi. 

Rupanya masih ada tantangan lain, kayaknya lebih berat karena memerlukan tenaga yang kuat serta kecerdikan menempatkan diri. Gajah-gajah, banteng, semut dan angsa-angsa harus mengikuti lomba terompah. Ada kayu panjang yang di beberapa tempat diberi potongan ban yang diikatkan ke kayu sehingga seperti terompah panjang, yang dapat dipakai berempat. setelah berdiskusi sebentar teman-teman angsa memutuskan bahwa angsa yang tubuhnya tinggi, tapi gemuk akan berada paling depan, yang di belakangnya angsa yang agak kecilan. Angsa paling depan diharapkan menarik terompah dengan langkah panjang dan cepat, sedang angsa di belakangnya mengikuti. Gajah-gajah kesulitan berlari, banteng-bangten sudah tidak sabar kapan dimulai, pada bagian ini, siapa yang mampu menandingi, semut-semut jejer bernyanyi, sadar kalau hanya merupakan penghibur diri. Di luar dugaan. Angsa mampu memenangkan lomba terompah ini. Barangkali karena strategi jitu angsa dalam menghadapi masalah. Malam itu, baik gajah, banteng, semut, maupun angsa-angsa istirahat kecapain, setelah melalui hari yang cukup melelahkan.

Paginya di halaman semua berkumpul ada beberapa permainan yang harus diikuti. Bagi anggota yang sudah masuk dalam satu permainan tidak diperkenankan mengikutinya lagi. Untuk permainan fisik begini, kelihatannya lebih baik pasrah deh, biarkan kawan-kawan angsa lain yang unjuk gigi. Tapi kulihat ada kawan lama, seekor angsa betina berdarah biru, yang gundah. Ketika kutanya ada masalah apa ? Rupanya si angsa berdarah biru ingin ikut lomba lari karung, wkwkwk. Sudahlah wajahnya biasa saja, badannya agak gemukan, mau ikut lomba lari karung, bagaimana kawan. tapi dia angsa berdarah biru, kebetulan sudah kenal lama pula. Oklah, sesekali booleh nih mencoba menjadi Karna:

http://www.kompasiana.com/masjokomu/mengapa-tokoh-karno-yang-teguh-memegang-janji-tidak-populer_56348a1145afbd8813c7db5e

Akhirnya kucari si muka boros untuk ikut ambil bagian dalam lomba lari karung ini. Kami bertiga, masing-masing angsa masuk ke dalam karungnya sendiri, lalu kuminta si angsa darah biru berada di posisi tengah, sedang si muka boros dan aku sendiri di samping kiri kanan si angsa darah biru. Kami latihan sejenak, sebelum lomba. Kuberikan sedikit instruksi, masing-masing harus berpegangan di sebelahnya. Karena si angsa darah biru, badannya agak gemukan, kuminta loncat belakangan, biar kami, aku dan si muka boros loncat duluan, sehingga si angsa darah biru, tinggal numpang loncat dan kami bisa maju dengan cepat. Satu putaran menang. Dua putaran menang. Angsa memenangkan lomba lari karung ini. kulihat si angsa darah biru begitu gembira, disambut tepuk tangan dan salam dari gajah-gajah dengan sentuhan belalainya, si banteng senyum sambil memelintir kumisnya, semut-semut seperti biasa mereka berbaris rapi, dan menyanyi, menggoyangkan tubuhnya ke samping ke kiri, sesekali mereka bergerak naik-turun membentuk gerakan seperti gelombang. Kulihat si muka boros, kelihatannya dia puas. Kalau ingat si muka boros ini, jadi ingat Sukrasana. Si muka boros ikhlas mengambil inisiatif ketika para angsa lainnya diam membisu. Si Muka boros tidak ingin berkuasa, walaupun mengangkat dirinya menjadi ketua. Si muka boros hanya ingin, para angsa ini punya ketua, tempat berunding dan memutuskan segala sesuatu, tanpa harus memaksakan pendapat. Salut untu si muka boros, Sukasrana adik Sumantri mungkin cocok mawujud pada diri si muka boros:

http://www.kompasiana.com/masjokomu/sumantri-yang-melik-ngendong-lali-banyak-dicopy_56351ceead7e61e40b4112c5

Tibalah malam api unggun, untuk mengakhiri hari-hari silaturrahmi yang sungguh melelahkan, membutuhkan fisik prima, namun dipenuhi dengan sisi positi motivasi, care, kerjasama, share n connecting dan banyak lagi. Sengaja agak terlambat datang ke arah areal api unggun, khawatir jangan-jangan diminta memimpin doa. Namun ketika sudah agak dekat ke tempat api unggun yang menyala-nyala, menerangi halaman yang gelap, nampak berlari banteng dengan gesit melewati gajah yang sedang duduk santai. Terdengar bisikan lirih, tapi geram. Siapa juaranya, tanya si gajah. Banteng yang ditanya, menjawab agak geram, payah deh, lalu dengan suara cepat berbisik ke telinga gajah yang cukup besar itu, lirih terdengar s-w-a-n. Sambil senyum sendiri, seolah tak percaya kudatangi areal api unggun itu dengan penuh tanda tanya, mungkinkah ?

Dan ketika semua basa basi sudah dimulai, tiba-tiba panita materi dan teri terasi, memberikan informasi tentang pemenang lomba sillaturrahmi selama 3 hari ini. Saudara-saudara sekalian pemenangnya adalah Angsa. Sorak sorai angsa-angsa kontan membahana. Siapa yang mengira ? Sedangkan menerima nasib sebagai angsa saja, sudah tak rela. Memilih ketua seperti tak butuh saudara, lu-lu gue-gue, terserah saja. Malam itu angsa-angsa menemukan kebahagiaan yang tak terhingga. Begitu juga aku. Sungguh suatu perjuangan harus dimulai, diusahakan, didorong, dibawa ke arah yang sasarannya jelas. Hasil suatu usaha kadang tak seperti yang diharapkan, tentu saja karena rahmad dan berkah illahi Rabbi juga, malam itu kebahagiaan yang muncul seperti:

http://www.kompasiana.com/masjokomu/merasakan-kenikmatan-sabdo-pandito-ratu_562d587a66afbd070920bc35

Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan: Angsa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun