"Keyakinanku dibentuk dengan cara membentuk prasangka baik kepada Allah bahwa Allah akan mengabulkan niatku. Aku menggunakan pemahaman bahwa Allah itu bagaimana prasangka hambaNya. Maka demikianlah aku meyakini...", jawabku dengan mantap.
"Lalu bagaimana Kisanak melakukan ikhtiar?", tanya Aji berikutnya.
"Aku memulai dari pemahaman bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali orang itu mengubah apa-apa yang ada pada jiwa mereka sendiri. Aku memulainya dari jiwaku, memantapkan diri untuk memulai dari jiwaku. Aku percaya, jika aku membereskan kondisi pada jiwaku maka Allah akan membereskan yang lainnya. Barulah setelah itu berturut-turut menggunakan potensi akal pikiran yang kumiliki hingga pada raga.
Jiwa, yang didalamnya ada potensi rasa. Akal pikiran, yang didalamnya ada potensi imajinasi. Semuanya bersifat abstrak. Rasa kugunakan untuk mengenali, sedangkan imajinasi kugunakan untuk membentuk wujud. Keduanya lalu kuikat menjadi suatu keyakinan. Dan keyakinan ini lalu dikuatkan dengan prasangka. Untuk mengenali penghubung antara materi dan non materi, maka disanalah nanti posisi energi berada. Aku mesti mengenali energi tubuhku sendiri. Sebab nanti itulah yang akan kujadikan penghubung antara membentuk ketiadaan untuk menjadi ada. Semua unsur yang terlibat adalah unsur-unsur yang ada di dalam ini yang berada pada semua ciptaanNya.
Kita jadi bisa memahami bagaimana benda yang ada bisa menjadi tiada. Dan bisa juga memahami bagaimana yang tiada bisa menjadi ada.", jawabku menjelaskan.
Aku melihat Aji kembali mengangguk-angguk.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengguruimu...", ucapku terus terang.
"Oh tidak apa-apa. Aku senang dengan penjelasan Kisanak. Aku bisa merasakan banyak kebaikan disana.", jawab Aji sambil tersenyum.
"Melihat ranting yang sudah tersambung ini, nampaknya Raja Sampun milikmu lebih halus dibandingkan milikku. Ajari aku..", pintaku kepada Aji sambil kupandangi ranting kecil ditanganku ini.
Aku melihat Aji menggelengkan kepala.
"Tidak. Biar nanti Guru saja yang akan menentukan. Detail yang Kisanak ceritakan agak berbeda dengan kami disini. Namun tidak apa-apa. Tugasku disini hanya menemani dan menjelaskan yang aku mampu. Namun melihat kemampuan Kisanak yang kusaksikan sendiri, rasanya memang hanya Guru yang dapat menjelaskan secara lebih baik.", jawab Aji polos.