Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 24

22 Maret 2017   17:51 Diperbarui: 23 Maret 2017   02:00 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah. Aku mendapatkan pemahaman ini dari kisah ayahku. Ayah pernah berkisah mengenai penasehat raja yang dapat mewujudkan apapun yang diinginkan oleh rajanya dalam hal pembuatan sesuatu wujud atau pelaksanaan suatu kejadian. Ayahku adalah tipe orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan memikirkan. 

Baginya, pengetahuan itu sangatlah menantang. Raja Sampun, merupakan konsepsi dasar penciptaan. Pemahaman akan ilmu ini memerlukan pemahaman akan detail benda. Dari terluar hingga terdalam. Dari yang terlihat hingga yang tidak terlihat. Dari kulit hingga inti. Dari ada hingga tiada. Lalu membalik prosesnya. Dari terdalam hingga terluar. Dari yang tidak terlihat menjadi terlihat. Dari inti hingga kulit. Dari tiada hingga menjadi ada.", jawabku.

"Lanjutkan...", pinta Aji.

"Suatu saat dalam episode hidup, aku mengalami suatu kejadian yang membuatku memahami ilmu ini.", ucapku melanjutkan.

Aku memandang langit, lalu menghirup napas.

"Ketika dulu aku pernah tinggal di sebuah rumah di sekitar Jakarta Selatan, rumahku kedatangan seekor ibu kucing dan tiga anaknya. Semua kucing liar.", lanjutku.

Aku melihat Aji mengerenyitkan dahi.

"Kucing?", tanya Aji penasaran.

"Iya, benar. Kucing. Kucing itu entah bagaimana menjadi suka dengan halaman samping rumahku. Pernah kucoba beberapa kali kupindahkan anak-anak kucing itu, namun sang induk kembali membawa kucing itu ke halaman samping rumahku. Itu kulakukan hingga lima kali, dan lima kali pula sang induk kucing membawa anak-anaknya kembali ke tempatku. Akhirnya aku menyerah. Kubiarkan kucing-kucing itu tinggal di halaman samping rumahku. Kusiapkan rumah untuk mereka berupa kardus bekas Aqua yang kulapisi dalamnya dengan kain hangat. Dan mereka akhirnya tinggal disitu.", ucapku.

Aji terlihat mengangguk.

"Suatu hari, ketika aku sedang dalam perjalanan, aku dikabari oleh tetanggaku bahwa kucing yang paling kecil terlindas sebuah motor sehingga menyebabkan kaki depannya patah. Aku langsung kaget saat itu, dan bergegas pulang. Setelah sampai kulihat anak kucing yang paling kecil yang berwarna putih kombinasi hitam itu tergeletak lunglai di dekat rumah kardus yang kusiapkan. Sang induk terlihat gelisah dan bersuara pilu seakan meminta pertolongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun