Keningku berkerut.
"Apa maksudmu?", tanyaku penasaran.
"Tentunya kitab yang kita baca sama, namun pemahamanmu akan khasanah Tanah Jawa kurang lengkap... Caramu membaca huruf Jawa hanya berdasarkan bagaimana ia dibaca saja, bukan bagaimana ia dipahami...
Oh iya, perkenalkan, namaku Danang.", jawab pemuda yang mengaku bernama Danang itu.
"Jelaskan padaku...", pintaku padanya.
"Sejak benturan pertama aku sudah tahu ada yang kurang dalam pemahamanmu dalam Bab Tenaga. Selain itu, gerakanmu dan kekuatanmu sempurna. Namun karena kekurangan inilah kemudian kau bisa kukalahkan.", ucap Danang.
Aku diam saja, namun kuakui ucapan pemuda bernama Danang itu benar. Aku merasa tenagaku tidak kalah dengannya. Namun ada sesuatu yang lebih baik yang ia miliki yang aku sendiri belum bisa tahu apa itu.
"Pada saat kau mempelajari Bab Tenaga, kau akan bertemu dengan gambar dan tulisan pada lembaran Sosro Birowo bukan?", tanya Danang kepadaku.
Aku mengangguk.
"Kau hanya membaca sebagaimana tulisan Jawa itu dibaca, bukan bagaimana tulisan Jawa itu dimaknai.
Mari kuberikan contoh, pada tembang kedua terdapat tanda 'Pangkon'. Tanda baca ini dalam khasanah tulisan Jawa hanya berarti dibaca 'mati'. Semua huruf yang bertemu dengan tanda 'Pangkon' ini harus 'mati'.", ucap pemuda itu.