SOSRO BIROWO YANG MENYATUKAN
Sore ini aku dan ayah sedang bersantai disamping sungai kecil yang jernih airnya. Sungai ini cukup panjang dan berkelok. Pandanganku tidak dapat melihat ujung sungainya.
Aku duduk disamping ayah dengan kaki kami masuk ke dalam aliran sungai setinggi betis lebih sedikit. Rasanya sangat segar di kulit. Sesekali aku memainkan ujung jariku untuk membentuk gelombang-gelombang riak air didekat kakiku. Seskali pula kulihat ikan-ikan berenang melintasi telapak kakiku.
"Ayah, apakah ayah pernah kalah?", tanyaku sambil mengarahkan pandanganku ke wajah ayah disampingku.
Aku melihat ayah mengangguk. Namun pandangan matanya tetap menatap air sungai didepan. Kulihat ayah tersenyum.
"Kamu ingat saat dulu kita di sebuah gubuk di tengah sawah dan kemudian ada seorang laki-laki yang tiba-tiba datang menantang ayah?", ucap ayah tanpa memalingkan wajahnya ke arahku.
"Aa masih ingat Yah. Kalau tidak salah lelaki bernama Bawono yang ayah kalahkan itu.", jawabku dengan yakin.
Ayah kemudian menengok ke arahku.
"Benar nak. Dulu, sudah banyak sekali pertarungan hidup dan mati ayah lalui. Entah sudah tidak terhitung.
Dari kesemua pertarungan itu perlahan membentuk rasa bangga akan keilmuan yang ayah miliki. Karena ayah selalu menang.", jawab ayah.
Aku menggeser posisi tubuhku yang kini sudah menghadap ayah sepenuhnya.