/1/
Sejak pertama mengenalmu, Dik,
aku tidak begitu peduli kau bahagia sebab apa.
Kau berlari menuju entah pun
aku masih tidak ada niat mengejarmu.
Tubuh berkeringat, kau masih saja
sibuk tertawa. Sesingkat detik ternyata
sepi kepalaku terjebak di dalam gelombang
otakmu---yang riuh begitu saja.
Datang tanpa kabar lalu pulang dengan pamit.
Aku harus kembali, Dik, secepatnya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!