Mohon tunggu...
Marzuli Ridwan
Marzuli Ridwan Mohon Tunggu... -

Bermastautin di Bengkalis, Riau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan dan Napas Kematian

29 Oktober 2018   15:07 Diperbarui: 29 Oktober 2018   15:21 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan-lahan pada diri perempuan itu telah hinggap rasa benci. Setiap kali malam tiba, ia selalu menyumpahi gelap. Dia membenci rembulan yang tak kunjung hadir dan singgah di pelupuk matanya. Jangankan untuk menemani lelahnya sepanjang malam, sekedar bertamu dan menanyai kabar dirinya pun tak lagi sudi. Dia dilanda kesunyian, kesunyian yang amat dahsyat dan menyakitkan.  

"Oh bulan! Di manakah engkau?"

"Di manakah pula bintang-bintang?"

"Adakah kalian juga akan meninggalkan aku di sini?, seperti suami dan anakku?"

Tubuh renta perempuan itu menggigil. Nafasnya terasa sesak tertahan di pangkal kerongkongan. Di kejauhan, di dalam hujan yang lebat ia melihat sosok lelaki berjubah putih melambaikan tangan. Setapak demi setapak lelaki itu mendekat dan menghampirinya. Seketika pandangannya memudar, lalu lenyap untuk selama-lamanya.(*)

Bengkalis, 2017

Marzuli Ridwan Al-bantany, penyair dan cerpenis 

bermastautin di Bengkalis, Riau. Buku sastra kumpulan puisi tunggal perdananya berjudul "Menakar Cahaya". Sekarang tengah merampungkan sejumlah buku, yaitu buku kumpulan puisi dan cerpen 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun